Kamis 11 Jun 2020 15:22 WIB

Ilham: Pengakuan Pemerintah Penting untuk Investor R80

Kebanyakan strategic investor luar membutuhkan adanya pengakuan pemerintah atas R80.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Agus Yulianto
Komisaris PT. Regio Aviasi Industri (RAI) Ilham Akbar Habibie memberikan paparan mengenai pesawat R80 di Perpustakaan Habibie-Ainun, Kuningan, Jakarta, Kamis (22/2).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Komisaris PT. Regio Aviasi Industri (RAI) Ilham Akbar Habibie memberikan paparan mengenai pesawat R80 di Perpustakaan Habibie-Ainun, Kuningan, Jakarta, Kamis (22/2).

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Founder PT Regio Aviasi Industri (RAI), Ilham Habibie, mengatakan, manfaat masuknya proyek pesawat terbang R80 ke Proyek Strategis Nasional (PSN), bukanlah dari sisi keuangan. Manfaat terbesarnya yakni sebagai pengakuan dari pemerintah terhadap proyek tersebut, sehingga itu akan menarik perhatian para investor strategis.

"Ini sebetulnya yang kita lihat tadinya sebagai manfaat terbesar dari PSN itu, bukan uangnya karena memang toh kita tidak pernah dapat. Tapi, dilihat sebagai pengakuan pemerintah mendukung perusahaan dan pesawat terbang R80," ungkap Ilham dalam diskusi daring, Rabu (10/6) malam.

Ilham mengungkapkan, kebanyakan strategic investor yang datang dari luar sebetulnya membutuhkan adanya pengakuan tersebut terhadap proyek R80. Untuk itu, pihaknya akan tetap melakukan koordinasi dengan pemerintah untuk mendapatkan pengakuan itu kembali meski kini proyek pesawat terbang itu dihapus dari PSN.

"Kita (juga) tetap berdiskusi atau bernegosiasi dengan strategic partner dan investor yang ada saat ini, dan menurut saya ya kita harus menyelesaikan itu dalam waktu yang tidak terlalu lama," katanya.

Di sisi lain, dicoretnya dua proyek pesawat dari daftar PSN yang dikembangkan BJ Habibie dikhawatirkan akan berujung pada hilangnya kompetensi para ahli teknologi bangsa. Hal tersebut sudah susah payah diwujudkan dalam kurun waktu 40 tahun terakhir.

"IABIE mengkhawatirkan akan terjadi hilangnya kompetensi bangsa yang selama ini dengan susah payah diwujudkan dengan anggaran yang besar dan waktu yang panjang selama 40 tahun," ungkap Ketua Umum Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE), Bimo Sasongko, dalam diskusi daring, Rabu (10/6) malam.

Penghapusan proyek tersebut juga ia sebut akan menjadi tautan yang hilang terhadap industri kedirgantaraan Indonesia. Menurutnya, hal itu akan berakibat buruk juga dengan akan terjadinya ketergantungan abadi kepada asing terhadap produk-produk berteknologi tinggi.

"Akan berakibat buruk dengan terjadinya penjajahan teknologi dan atau ketergantungan abadi kepada asing terhadap produk-produk berteknologi tinggi," kata dia.

Untuk itu, sebagai Ketua Umum IABIE ia memohon dengan sangat kepada pemerintah agar meninjau kembali penghapusan program tersebut dari PSN. Dengan begitu, musnahnya kompetensi dari ribuan ahli teknologi bangsa Indonesia dapat terhindarkan.

"Apalagi usia mereka saat ini sudah di masa-masa pensiun. Hampir tidak mungkin terjadi regenerasi dan ini akan menjadi bencana bangsa Indonesia menuju Indonesia emas 2045," jelas dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement