Selasa 16 Jun 2020 14:25 WIB

Industri Nasional Harus Diperkuat Agar Bisa Bersaing

Perlunya peninjauan regulasi untuk mendukung industrialisasi.

Rep: iit septyaningsih/ Red: Hiru Muhammad
Industri Mamin Penopang PDB. Aneka macam produk makanan dan minuman ditawarkan kepada pembeli di ritel swasta, Jakarta, Kamis (14/12).
Foto: Republika/ Wihdan
Industri Mamin Penopang PDB. Aneka macam produk makanan dan minuman ditawarkan kepada pembeli di ritel swasta, Jakarta, Kamis (14/12).

EKBIS.CO, JAKARTA--Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) menyatakan, supaya dapat bersaing di pasar global, Indonesia harus memperkuat industri nasional. Terutama mempercepat pemulihan setelah pandemi Covid-19.

Ketua Gapmmi Adhi Lukman ada beberapa strategi memperkuat industri, di antaranya meningkatkan akselerasi dalam menjadikan Indonesia 4.0. "Yaitu industri bernilai tambah sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan ketersediaan bahan baku sebagai bagian dari rantai nilai global sesuai Undang-Undang Industri 3 Tahun 2014," jelasnya dalam webinar pada Senin malam, (15/6).

Strategi lainnya yakni melakukan peninjauan regulasi untuk mendukung industrialisasi. Kemudian menjadikan Indonesia sebagai pusat penelitian hub global bagi sektor industri makanan dan minuman.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, capaian ekspor produk makanan olahan di masa pandemi ini cukup menggembirakan. Pada periode Januari sampai April 2020, ekspor produk pangan olahan Indonesia tercatat sebesar 1,32 miliar dolar AS atau meningkat 7,9 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Berbagai produk utama ekspor pangan olahan Indonesia pada periode tersebut di antaranya  makanan olahan sebesar 139,83 juta dolar AS, olahan krustase udang senilai 137,15 juta dolar AS, serta olahan ikan sebesar 129,16 juta dolar AS. Disusul dengan olahan krustase kepiting sebanyak 106,1 juta dolar AS, lalu esens dan konsentrat kopi sebanyak 104,89 juta dolar AS. 

Sementara negara tujuan utama ekspor produk makanan olahan Indonesia pada periode tersebut yaitu Amerika Serikat sebesar 293,6 juta dolar AS, dengan pangsa pasar 22,11 persen, lalu Filipina sebesar 161,4 juta dolar AS, dengan pangsa pasar 12,15 persen. Disusul Malaysia sebesar 101,6 juta dolar AS, pangsa pasarnya 7,65 persen, Singapura sebesar 74,9 juta dolar AS dengan pangsa pasar 5,64 persen, kemudian Jepang sebesar 71,9 juta dolar AS, pangsa pasarnya 5,41 persen. 

 

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement