EKBIS.CO, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/ IMF) memproyeksikan ekonomi global tumbuh negatif 4,9 persen pada 2020 dalam World Economic Outlook (WEO) terbaru yang dirilis Rabu (24/6). Proyeksi ini 1,9 poin persentase lebih rendah dibandingkan prediksi dalam WEO April 2020.
Pandemi Covid-19 memiliki dampak lebih negatif pada aktivitas paruh pertama 2020 dibandingkan yang diperkirakan. “Proses pemulihan diproyeksikan membutuhkan tahapan lebih lama dibandingkan perkiraan sebelumnya,” ujar Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath dalam keterangan resminya secara virtual di situs resmi IMF, Rabu pagi waktu setempat.
Pada 2021, pertumbuhan global diproyeksikan berada pada 5,4 persen. Secara keseluruhan, ini akan membuat PDB tahun depan sekitar 6,5 poin persentase lebih rendah daripada proyeksi pra-Covid pada 19 Januari 2020.
Tapi, masih sama dengan proyeksi WEO April 2020, ada tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi dari biasanya pada proyeksi sekarang.
IMF menyoroti dampak buruk terhadap rumah tangga berpendapatan rendah yang diperkirakan akan sangat signifikan. Hal ini membahayakan kemajuan yang sudah dibuat banyak negara dalam mengurangi kemiskinan ekstrim di dunia sejak 1990an.
Tren pemulihan lebih lambat dalam proyeksi IMF mencerminkan social distancing yang persisten tetap diberlakukan pada semester kedua 2020. Khususnya untuk negara-negara yang sudah mulai mengalami penurunan tingkat penyebaran infeksi.
Selain itu, tren turut menggambarkan dampak kerusakan terhadap jalur supply pada kuartal pertama dan kedua yang lebih besar dari prediksi awal. Pukulan terhadap produktivitas juga lebih keras dari perkiraan semula, ketika bisnis berupaya meningkatkan praktik keselamatan dan kebersihan di tempat kerja.
Bagi negara-negara yang berjuang untuk mengendalikan tingkat infeksi, kebijakan lockdown atau pembatasan sosial akan menimbulkan biaya tambahan.
IMF menekankan, semua negara harus memastikan bahwa sistem perawatan kesehatan mereka memiliki sumber daya yang memadai. Tidak terkecuali bagi mereka yang ‘tampaknya’ sudah melewati puncak penyebaran Covid-19.
Komunitas internasional harus secara luas meningkatkan dukungannya terhadap inisiatif nasional. Termasuk di antaranya melalui bantuan keuangan kepada negara-negara dengan kapasitas perawatan kesehatan yang terbatas dan penyaluran dana untuk produksi vaksin. Upaya ini diharapkan mampu mempercepat penemuan vaksin yang terjangkau banyak negara.
Apabila kebijakan lockdown atau pembatasan sosial diperlukan, IMF mengatakan, kebijakan ekonomi harus diarahkan untuk melindungi kerugian pendapatan rumah tangga. Langkah yang dilakukan harus besar dan tepat sasaran. Negara juga harus memberikan dukungan kepada perusahaan-perusahaan yang menderita konsekuensi dari pembatasan kegiatan.
Ketika ekonomi kembali dibuka, kebijakan dapat diarahkan pada pemberian stimulus untuk meningkatkan permintaan. Insentif terhadap sektor yang terdampak signifikan pada masa dan setelah pandemi juga perlu terus dilakukan.
Kerja sama multilateral yang kuat tetap dibutuhkan dalam berbagai bidang. Bantuan likuiditas sangat penting untuk negara-negara yang menghadapi krisis kesehatan dan kekurangan pendanaan eksternal. Termasuk melalui pengurangan hutang dan pembiayaan melalui jaring pengaman keuangan global.
Di luar pandemi, pembuat kebijakan patut bekerja sama untuk menyelesaikan ketegangan perdagangan dan teknologi yang dapat menghambat pemulihan setelah krisis Covid-19.
IMF menyebutkan, komunitas global juga harus bertindak sekarang untuk menghindari terulangnya malapetaka serupa. Di antaranya dengan membangun persediaan global untuk kebutuhan essential dan peralatan pelindung, mendanai penelitian serta mendukung sistem kesehatan masyarakat. Tidak kalah penting, menempatkan modalitas yang efektif untuk memberikan bantuan kepada yang paling membutuhkan.