EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) menggandeng Bangka Belitung (Babel) guna memperkuat ekspor lada putih muntok ke pasar global. Sertifikat indikasi geografis (IG) yang dimiliki provinsi itu, memberikan nilai tersendiri bagi lada putih muntok Babel.
Direktur Jenderal PEN Kasan Muhri memaparkan, sejumlah strategi siap dilakukan Kementerian Perdagangan untuk meningkatkan ekspor lada putih muntok. Strategi tersebut disampaikan dalam seminar web bertema Strategi Diversifikasi dan Adaptasi Lada Bangka Belitung di Pasar Global, baru-baru ini.
Dalam upaya meningkatkan ekspor lada di pasar domestik dan internasional, Kemendag bersama Babel akan melakukan diversifikasi produk dan pengembangan pasar ekspor. Hal ini agar Indonesia dapat mengekspor lada olahan bernilai tambah, bukan hanya dalam bentuk mentah.
"Nilai tambah hasil pengolahan lada akan dinikmati Indonesia, bukan negara lain," kata Kasan.
Upaya lainnya, lanjut Kasan, Kemendag akan meningkatkan harga lada di tingkat petani demi meningkatkan kesejahteraan petani. Salah satunya, memanfaatkan Sistem Resi Gudang (SRG) yang dikelola Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kemendag.
Para petani dapat mengoptimalkan penggunaan SRG untuk menjaga kualitas dan kuantitas produk yang disimpan. "Produk yang terjamin baik akan membuat harga jual tetap optimal," ucap Kasan.
Saat webinar berlangsung, Kasan juga menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman dengan Indonesia in Your Hand. Tujuannya meningkatkan ekspor lada putih muntok di pasar internasional, khususnya di Eropa dan Australia.
Perlu diketahui, lada putih muntok Babel telah memiliki sertifikasi IG dari Kemenkumham RI. Keunikan lada putih muntok yaitu memiliki cita rasa rempah dengan tingkat kepedasan yang tinggi 5 sampai 7 persen).
Pertumbuhan ekspor lada pada kuartal I 2020 menurun sebesar 0,36 persen. Periode 2019, tercatat lima negara eksportir lada terbesar di dunia secara berurut yaitu Vietnam sebesar 502,66 juta dolar AS dengan pangsa pasar 37,50 persen, Brasil 178,62 juta dolar AS dengan pangsa pasar 13,33 persen, Indonesia 116,08 juta dolar AS dengan pangsa pasar 8,66 persen, India 79,89 juta dolar AS dengan berpangsa pasar 5,96 persen, serta Jerman 65,68 juta dolar AS dengan pangsa pasarnya 4,90 persen.