EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk merevisi target pertumbuhan kredit sebesar empat persen sampai lima persen pada tahun ini. Pada kuartal satu 2020, BRI telah menyalurkan kredit senilai Rp 884,27 triliun atau tumbuh 9,38 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan perseroan menghadapi tantangan pada kuartal dua hingga akhir tahun ini akibat pandemi Covid-19.
“Pada masa pandemi ini, BRI harus merevisi target supaya lebih realitis maka revisinya kredit yang awalnya tumbuh double digit menjadi empat persen - lima persen,” ujarnya kepada Republika.co.id, pekan lalu.
Bank pelat merah ini sebelumnya menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 10 persen sampai 11 persen pada tahun ini. Meskipun proyeksi tersebut menurun, perseroan akan tetap menjaga rasio likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR) pada kisaran 90 persen.
“BRI masih mencapai laba tidak? Masih, tapi tidak bisa sebesar laba tahun lalu. Saat ini bank masih bisa lama saja, masih bersyukur, masih setor dividen ke pemegang saham sudah bagus, tidak tutup saja banknya sudah untung,” ucapnya.
BRI juga tetap akan menjaga Net Interest Margin (NIM) pada kisaran 5,5 persen. Hal ini sejalan dengan pendapatan nonbunga atau Fee Based Income (FBI) dan biaya operasional atau Operating Expenditure (Opex) masing-masing sebesar tujuh persen dan sembilan persen.
“Kami memiliki agen BRILink, saat ini memiliki 422ribu. Pada tahun lalu, transaksi masyarakat melalui BRI Link sebesar Rp 637 triliun dan menghasilkan Fee Based Income sebesar Rp 788 miliar. Pada tahun ini, kami menargetkan sebanyak 500 ribu agen BRI Link dan menargetkan Fee Based Income hanya agen saja sebesar Rp 1 triliun,” jelasnya.
Secara konsolidasi, BRI telah menyalurkan kredit sebesar Rp 930,73 triliun atau tumbuh double digit sebesar 10,05 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 845,72 triliun. Adapun komposisi kredit UMKM BRI dibanding total kredit BRI pun merangkak naik dari 77,37 persen pada kuartal satu 2019 menjadi 78,31 persen pada kuartal satu 2020.
Hingga akhir Maret 2020, NPL BRI tercatat sebesar tiga persen jauh dibawah batas maksimal NPL yang ditetapkan regulator sebesar lima persen. Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), hingga akhir kuartal satu 2020 sebesar Rp 1.029,00 triliun atau naik sebesar 9,93 persen yoy. Angka ini juga masih diatas pertumbuhan DPK industri perbankan nasional pada Maret 2020 sebesar 9,54 persen.
Sedangkan Dana murah (CASA) juga masih mendominasi portofolio simpanan BRI, mencapai 55,90 persen dari total DPK atau senilai Rp 575,18 triliun. Dari sisi permodalan, BRI mencatat rasio capital adequacy ratio (CAR) 18,56 persen pada akhir kuartal satu 2020, yang mencerminkan modal BRI cukup kuat untuk melakukan ekspansi dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
"LDR BRI pada kuartal I 2020 tercatat sebesar 90,45 persen,” ucapnya.