EKBIS.CO, SUKOHARJO -- Indonesian Light Wood Association (ILWA) menilai Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki lahan luas luar biasa, tetapi ketinggalan dalam bisnis kayu dan mebel dunia.
"Kami sudah melakukan kajian dan mendapat data yang valid dirilis per 10 tahun sekali dan terakhir pada 2017 total kebutuhan pasar dunia untuk industri kayu dan mebel mencapai 2 triliun dolar AS," kata Sekjen ILWA Setyo Wisnu Broto, di Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa.
Ia menilai Indonesia lalai karena tidak pernah menelaah pasar global secara utuh. Indonesia hanya melihat angka ekspor kayu dan mebel dari tahun ke tahun.
Menurut dia, Indonesia tertinggal jauh dibanding negara lain karena antara lain regulasi pemerintah yang sering tidak pro bisnis dan kontra produktif. Bhkan bertentangan antara satu kementerian dengan kementerian yang lain.
Selain itu industri perkayuan dan mebel masih mesin yang ketinggalan zaman dan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) sebagai sumber bahan baku belum maksimal . Dunia perbankan, dalam penilaiannya, masih kurang memahami potensi pasar dunia yang demikian besar.
Ia juga menyebut pemasaran produk kayu dan mebel Indonesia yang difasilitasi pemerintah masih lemah, karena kedutaan besar dan atase perdagangan tidak diisi oleh pemasar yang handal.
Setyo Wisnu Broto yang juga CEO PT Rimba Sentosa Persada di Sukoharjo mengatakan perlu strategi pengintegrasian dari hulu sampai hilir untuk mendongkrak kinerja industri kayu dan mebel, mulai dari pembibitan, penanaman bersama petani hutan rakyat lestari, hingga pengadaan mesin mesin berteknologi tinggi yang akan memberikan output produk dengan kualitas terbaik.
Mengembangkan desain-desain terbaru berdasarkan riset dan kekayaan desain budaya bangsa, kata dia, juga penting untuk masuk pasar global.