EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menggandeng 8 startup sektor pangan sebagai upaya mendorong digitalisasi UMKM sehingga lebih banyak yang terhubung ke ekosistem digital.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan saat ini jumlah pelaku UMKM yang sudah masuk dalam jaringan daring baru sebanyak 8 juta atau setara 13 persen dari total UMKM di Indonesia. “Dari 8 juta pelaku UMKM tersebut hanya sebagian kecil yang bergerak di sektor pangan. Dan jumlah pelaku usaha di sektor pangan yang sudah terhubung ke dalam ekosistem digital, juga masih sangat rendah,” katanya, Kamis (16/7).
Sementara itu Food and Agricuture Organization (FAO) sebelumnya memperkirakan bahwa dunia termasuk Indonesia akan mengalami krisis pangan dalam beberapa tahun ke depan.
Merespons hal itu, Teten menjalin kerja sama dengan para startup digital untuk membantu pelaku UMKM di sektor pangan agar bisa lebih produktif.
Hal itu diperlukan agar ancaman krisis pangan yang sewaktu-waktu bisa melanda bisa diminimalisir dampaknya atau dapat dicegah.
Teten menggandeng delapan startup digital yang bergerak di sektor pangan untuk membantu pelaku UMKM terhubung ke ekosistem digital.
Sebanyak 8 startup yang diajak bekerja sama di antaranya Tanihub, Ternaknesia, Aruna, Hara, Alami, Modal Rakyat, Sayur Box, dan Ekosis. Diharapkan dengan cara ini bisa mempercepat sistem dan rantai pasok pelaku UMKM nasional yang memiliki usaha di sektor pertanian, perkebunan atau perikanan.
"Dengan aplikasi digitalnya akan menjadi agregator dari produk petani yang berlahan sempit dan nelayan kecil. Mereka akan agregasi semua itu sehingga bisa masuk dalam skala bisnis dan mereka bangun rantai perdagangan yang lebih baik," ujar Teten.
Teten menjelaskan dalam diskusi tersebut akan disusun timeline kegiatan yang terintegrasi untuk digitalisasi UMKM, pelatihan SDM KUMKM, teknologi pembiayaan dan digital marketing.
Ia menambahkan kegiatan ini akan fokus pada sektor produksi, seperti ketahanan pangan (pertanian, perikanan, peternakan) akan didorong untuk bermitra dengan platform, seperti tanihub, ekosis, sayurbox, aruna dan hara. Untuk fintech akan didorong untuk bermitra dengan platform seperti modal rakyat, Alami dan platform sejenis lainnya.
"Selain untuk mendorong pelaku UMKM di sektor pangan masuk dalam ekosistem digital, upaya kerja sama tersebut juga diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi pelaku UMKM berupa peningkatan kesejahteraan,” ujar Teten.
Di sisi lain, kerja sama ini juga diharapkan ke depannya bisa menjamin kebutuhan pangan nasional tetap tercukupi dari produksi dalam negeri.
"Tadinya produk UMKM yang tidak efisien kami masukkan ke ekosistem digital, sekarang dia sudah terhubung dengan market di dalam dan luar negeri. Mereka juga punya dukungan pembiayaan, dan kembangkan pelatihan," sambung Teten.
Teten menegaskan bahwa selama ini petani gurem Indonesia tidak pernah sejahtera karena selain luas tanah garapannya sempit yang berujung pada minimnya jumlah produksi, juga terkendala dengan modal kerja. Sementara saat akan melakukan akses pembiayaan ke lembaga keuangan terkendala dengan kolateral dan prospek bisnis yang minim.
Oleh sebab itu, Teten mendorong agar petani-petani atau nelayan kecil bisa bergabung dalam sebuah koperasi dan membangun usahanya secara bersama-sama sehingga nilai kapitalisasinya lebih besar. Dengan cara itu, maka akan sangat mudah bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan akses pembiayaan.
"Ini nanti mereka akan bikin team work supaya kita bisa saling kolaborasi karena mereka udah punya aplikasi digital dan market digital. Pemerintah tidak harus masuk di situ, kami ingin jadi bagian menjadi support sistemnya," tukas Teten.
Sementara itu, VP of Corporate Services Tanihub, Astri Purnama Sari, mengatakan pihaknya siap melakukan kolaborasi dengan pemerintah dalam memajukan UMKM nasional di sektor pertanian.
Tanihub dan tujuh startup lainnya sudah menyatakan komitmen bersama untuk terus melakukan pendampingan terhadap UMKM di sektor tersebut dengan menghubungkan langsung pada market.
"Banyak UMKM kita masih melakukan bisnis prosesnya secara manual dan belum terintegrasi dalam satu sistem, makanya kami semua di sini bersama-sama membuat supaya pertanian di Indonesia jadi tuan rumah di negeri sendiri," ujar Astri.
Menurutnya, sektor pertanian di Indonesia memiliki modal yang cukup kuat untuk bisa dikembangkan namun harus dibentuk ekosistem yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Dikatakan Astri bahwa selama ini sektor hulu dan hilir pertanian nasional masih terpisah sehingga cukup sulit untuk memajukan sektor ini. Oleh sebab itu, dengan digitalisasi UMKM diharapkan bisa mempercepat upaya pengembangan sektor pertanian sehingga ancaman krisis pangan bisa dihindarkan.
"Tugas kita sekarang adalah mempercepat semua proses tersebut dengan sistem digital. Jadi, dengan dukungan pemerintah kita berharap apa yang kami lakukan bisa berjalan lebih baik untuk pertanian Indonesia secara keseluruhan," kata Astri.