Selasa 28 Jul 2020 02:44 WIB

BI Targetkan 50 Persen Aktivitas Usaha Syariah untuk PDB

Saat ini telah ada 227 UMKM syariah yang dapat dikembangkan.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nidia Zuraya
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo.
Foto: Republika/Prayogi
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dodi Budi Waluyo mengatakan BI bersama mitra strategis terus berupaya mendorong pengembangan ekonomi syariah. Ia mengakui jalan ke depan masih panjang terutama untuk pengembangan ekonomi syariah menjadi pusat keuangan syariah dunia.

"Secara nasional ini terus berjalan secara bereksinambungan di tengah kondisi yang tidak bersahabat, bentuk wujud syukur telah sampai di titik ini kita mengadakan tasyakuran Program Penguatan Ekosistem Halal Value Chain (HVC),"ujar dia dalam webinar, Senin (27/7).

Baca Juga

Dodi menargetkan sebagai indikator BI adalah meningkatkan pangsa pasar dan aktivitas usaha syariah 50 persen dari jumlah produk domestik bruto Indonesia untuk lima tahun kedepan hingga 2025. Sementara ini target tersebut belum menyentuh angka 40 persen.

Untuk mencapai target tersebut upaya BI adalah mengembangkan ekonomi syariah dengan menggunakan pilar pertama rencana strategis yakni mewujudkan pemberdayaan ekonomi. Salah satunya adalah mengimplementasikan sejumlah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) syariah di Indonesia.

Saat ini telah ada 227 UMKM syariah yang dapat dikembangkan, selain itu juga BI menargetkan 323 pesantren dapat diberdayakan. Namun untuk sementara proyek pertama ini akan dilakukan di 114 pesantren dengan membentuk holding bisnis pesantren.

"Langkah kita masih panjang, kita ingin berdayakan ekonomi UMKM di indoneisa, pemberdayaan ekonomi ini tidak bisa berdiri sendiri. Strategi kita adalah pendalaman pasar syariah, meningkatkan riset dan studi literasi keuangan syariah," ujar dia.

Semua tahu bahwa kondisi saat ini memang bukan kondisi biasa, Covid-19 merubah setiap aspek kehidupan manusia termasuk berdampak pada perkembangan ekonomi syariah. Berdasarkan survei kepada 19 pesantren mitra kerja sama BI secara umum, kegiatan usaha 19 pesantren mengalami penurunan.

Melihat fakta tersebut maka perlu adaptasi kebiasaan baru di masa pendemi ini, pertama kebiasaan lebih banyak mengunakan teknologi, tidak saja pertemuan online untuk komunikasi tetapi peluang pasar seperti distribusi barang secara online yang belum dijajaki sebelumnya.

Perkembangann kebiasaan baru ini dapat memanfaatkan peluang terutama perkembangan alternatif usaha yang terbuka lebar. Seperti UMKM syariah binaan BI, beberapa produksi kini tertarik dengan komoditas dunia kesehatan seperti tanaman herbal dan dengan tekstil, mitra BI banting stir, salah satunya produksi masker.

Ini adalah kreatifitas yang muncul dari kejelian menangkap peluang usaha. Namun hal ini memerlukan suatu kolaborasi sinergi antarpelaku usaha.

"Tidak bisa mengandalkan diri sendiri karena dimasa ini biasanya produksi semakin tinggi, ceruk pasar terbatas sehingga perlu memikul beban bersama,"jelas dia.

HVC ini merupakan bagian dari ekosistem ini sehingga rangkaian kegiatan produksi yang memiliki nilai tambah pemasaran sampai pelayanan konsumen memiliki kepatuhan dan nilai prinsip dasar syariah. Empat hal yang penting terkait HVC ini adalah sistem pertanian yang terintegrasi, makanna dan fesyen halal, pariwisata halal dan pengembangan energi terbarukan.

Untuk mempercepat proses penguatan ekosistem HVC ini dalam webinar ini juga dilakukan notakesepahaman antara Bank Indonesia dengna Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) untuk mempercepat akselarasi sertifikasi halal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement