Senin 27 Jul 2020 20:03 WIB

Pakar Pertanian Dorong Ketersediaan Gudang Pangan di Bali

Ini untuk menjawab persoalan ketersediaan berbagai komoditas pertanian musiman

Red: Gita Amanda
Pertanian Indonesia. (Ilustrasi)
Foto: Kementan
Pertanian Indonesia. (Ilustrasi)

EKBIS.CO, DENPASAR -- Pakar pertanian sekaligus Rektor Universitas Dwijendra Dr Ir I Gede Sedana MSc mendorong hadirnya gudang-gudang pangan di Pulau Dewata untuk menjawab persoalan ketersediaan berbagai komoditas pertanian yang bersifat musiman.

"Dengan gudang pangan, pada saat terjadi 'over' produksi maka bisa disimpan sehingga nantinya tidak sampai mengganggu suplai di saat jumlah produksinya berkurang," kata Sedana, di Denpasar, Senin (27/7).

Sebelumnya usulan mengenai gudang pangan ini juga telah disampaikan dalam penyerapan aspirasi secara virtual oleh anggota DPD RI Dapil Bali Made Mangku Pastika yang bertajuk "Ketahanan Pangan" dengan sejumlah pakar pertanian, jajaran Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Bali dan komunitas pencinta pertanian.

"Tentunya di saat membangun gudang pangan ini diperlukan pemetaan, menyangkut dimana sentra produksi padi maupun komoditas non-padi, berapa luasan lahannya dan prediksi produksinya," ucapnya.

Selain itu, ahli pertanian dan statistik juga harus membuat kajian mengenai prediksi konsumsi kebutuhan rumah tangga dan non-rumah tangga, sehingga bisa diseimbangkan jumlahnya.

"Kalau memang kurang, solusinya bisa dipenuhi dari petani lokal ataukah misalnya dari luar Bali. Dari pemetaan tersebut, sekaligus kita bisa memiliki bank data tentang pangan," ujar Sedana.

Terkait ketahanan pangan, Sedana mengatakan harus terintegrasi dari hulu hingga ke hilir. Terkait penyediaan sarana produksi, misalnya, peralatan dan mesin-mesin tentunya harus tersedia di lokasi.

"Jangan sampai para petani diminta untuk mengembangkan strawberry, tetapi bibitnya didatangkan dari Amerika. Demikian juga untuk mengembangkan ketela rambat tetapi bibitnya dari Jawa. Semestinya penyediaan sarana produksi harus secara lokal," ucapnya.

Subak, lanjut Sedana, harus diperkuat lagi tidak saja dari kekuatan modal sosial yang dimiliki, tetapi juga dari sisi kewirausahaan karena itu memang yang dibutuhkan. "Orientasinya harus pada pasar, apa yang akan diproduksi itu pasarnya jelas," ujar Sedana.

Yang tidak kalah penting, lanjut dia, pertanian mau tidak mau harus mengadopsi teknologi dan didukung kualitas SDM yang mumpuni.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement