Tetap menjaga optimisme masyarakat prasejahtera produktif yang menjadi fokus pelayanan PT BTPN Syariah Tbk. adalah langkah yang dilakukan di tengah pandemi. Cara ini efektif untuk terus menyalakan semangat berusaha kepada nasabah pembiayaannya.
Optimisme tersebut dibangun melalui komunikasi intensif yang dilakukan langsung oleh community officer, sebutan bagi petugas lapangan BTPN Syariah yang bertugas tidak hanya melayani transaksi perbankan nasabah, namun juga melakukan pendampingan melalui berbagai program pemberdayaan yang sejak awal pelayanan dilakukan dengan cara mendatangi langsung di sentra sentra nasabah.
Dalam situasi pandemi seperti ini, meski ada tantangan dengan pembatasan pertemuan fisik, namun petugas bank syariah ini tetap membangun komunikasi melalui telepon atau pesan singkat. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana pandemi ini berdampak terhadap usaha yang mereka lakukan. Kemudian, saling menyemangati, membangun optimisme, dan mendengarkan keluhan serta kebutuhan mereka.
Intinya, dalam situasi sulit ini, BTPN Syariah harus lebih dekat dengan nasabah. Dengan komunikasi tersebut terkadang muncul ide baru yang bisa digunakan nasabah untuk keluar dari keterbatasan karena pandemi. Misalnya, mencoba mengubah fokus produksi mereka. Salah satu contoh nasabah adalah Ai Rodiah di Cikajang, Garut, Jawa Barat, yang semula memproduksi seragam sekolah beralih ke produksi Alat Pelindung Diri yang dibutuhkan tenaga medis.
Tak jarang, dengan adanya ide-ide baru tersebut nasabah kemudian membutuhkan penambahan pembiayaan. Jadi berbagai cara dilakukan agar semangat mereka untuk berusaha terus menyala. Inilah hal terpenting dalam melayani mereka saat ini, membuat semangat BDKS (Berani Berusaha, Disipilin, Kerja Keras dan Saling Bantu) yang dibangun selama ini tetap mereka jalankan.
“Bagi nasabah yang masih dapat dikunjungi, petugas kami menjalankan protokoler kesehatan yang ketat, seperti selalu membawa thermo gun, dan menyebarluaskan informasi tentang pencegahan Covid melalui berbagai tips kesehatan” tutur Fachmy Achmad, Direktur BTPN Syariah.
Menurutnya, memahami kebutuhan nasabah prasejahtera di tengah pandemi adalah hal penting yang dapat dilakukan oleh seluruh #bankirpemberdaya, sebutan untuk karyawan BTPN Syariah. Selain tetap memberikan dukungan non finansial melalui komunikasi, bank juga tetap memberikan kemudahan bagi nasabah yang terdampak. Mulai dari restrukturisasi, penundaan angsuran, hingga memberikan pembiayaan baru.
“BTPN Syariah memberikan dukungan penuh sesuai kebutuhan nasabah pembiayaan, namun tetap mengedepankan prinsip kehati hatian. Dalam masa menantang seperti ini, kami selektif mengucurkan pembiayaan baru kepada nasabah baru, agar terhindar dari risiko bermasalah. Kami mempelajari bahwa di masa pandemi ini mereka tidak hanya membutuhkan bantuan. Bantuan hanya membuat mereka survive dan meringankan beban hidup, namun untuk bangkit kembali, pulih seperti sedia kala, mereka butuh pembiayaan baru” lanjut Fachmy.
Fachmy juga menjelaskan, dari semua cerita baik ini tidak dapat dipungkiri, seperti informasi yang pernah disampaikan pemerintah bahwa segmen UMKM terdampak karena pandemi ini, dan BTPN Syariah sebagai bank yang fokus melayani ultra mikro tentunya juga merasakan dampaknya, serta memengaruhi kinerja bank.
“Karena fokus melayani prasejahtera yang merupakan nasabah ultra mikro, secara alamiah pandemi ini memberi dampak terhadap kinerja perusahaan. Namun kami telah melakukan antisipasi dengan baik, seperti meningkatkan setinggi tingginya pencadangan. Dengan demikian Insya Allah kami akan menyerap semua risiko yang mungkin timbul di masa mendatang sebagai akibat perlambatan pertumbuhan bisnis karena pandemic,” jelas Fachmy.
Kebijakan ini dilakukan sebagai bagian tanggung jawab manajemen BTPN Syariah kepada semua stakeholders. Selain itu, berusaha keras agar rasio rasio likuiditas terjaga dengan baik dan sehat, sehingga kuat menopang target yang telah dicanangkan.
Sampai akhir Juni 2020,, perseroan mencatatkan pertumbuhan pembiayaan menjadi Rp8,74 trilin atau tumbuh positif 2%, dibandingkan periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp8,54 triliun dengan rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) tetap terjaga sebesar 1,8%.
Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih kuat di posisi 42,3%. Rasio intermediasi (Financing to Deposit Ratio/FDR) mencapai 92%, Likuiditas Jangka Pendek dan Panjang (NSFR and LCR) di angka 190% dan 244%. Dana Pihak Ketiga tumbuh 7% menjadi Rp 9,46T dari Rp 8,88T. Total aset tumbuh 10% menjadi Rp 15,27T dari Rp 13,94T. Adapun Laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp 407M. Per 7 Juli 2020, Bank telah meningkat menjadi Bank BUKU III.
www.swa.co.id