EKBIS.CO, JAKARTA–PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk terus memperkuat dan mengoptimalkan upaya pemulihan kinerja perusahaan di tengah tekanan kinerja yang terdampak pandemi Covid-19. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan saat ini sudah menyusun langkah upaya tersebut.
“Fokus utama kami adalah mengupayakan perbaikan fundamental perusahaan secara terukur dan berkelanjutan,” kata Irfan dalam pernyataan tertulisnya, Ahad (2/8).
Dia menjelaskan, upaya pemulihan kinerja tersebut dilakukan secara menyeluruh pada lini bisnis perusahaan. Hal tersebut meliputi langkah optimalisasi pendapatan penumpang penerbangan berjadwal, layanan kargo udara, penerbangan charter.
Selain iu, Irfan memastikan Garuda Indonesia juga menjalankan langkah strategis dari aspek pengelolaan biaya. “Ini kami lakukan melalui upaya negosiasi biaya sewa pesawat, dan restrukturisasi utang,” ujar Irfan.
Dia menambahkan, Garuda juga melakukan implementasi efisiensi di seluruh lini operasional. Dengan begitu, Irfan menilai dapat menyelaraskan tren supply dan deman pada masa pandemi Covi-19.
Berdasarkan laporan keuangan (unaudited) Semester 1 2020, Garuda Indonesia mencatatkan pendapatan usaha sebesar 917,28 juta dolar AS. Angka tersebut menunjukkan penurunan pendapatan sebesar 58,18 persen (year on year) dari periode sebelumnya sebesar 2,19 miliar dolar AS.
Capaian pendapatan usaha tersebut ditunjang pertumbuhan pendapatan penerbangan tidak berjadwal sebesar 392,48 persen. Pendapatan penerbangan tidak berjadwal Garuda Indonesia pada semester 1 tahun ini menjadi 21,54 juta dolar AS dari periode sebelumnya sebesar 4,37 juta dolar AS.
Sementara itu, pendapatan penerbangan berjadwal Garuda Indonesia pada semester 1 tahun ini tercatat sebesar 750,25 juta dolar AS. Selanjutnya Garuda Indonesia membukukan pendapatan lainnya sebesar 145,47 juta dolar AS.
Garuda Indonesia membukukan rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 712,72 juta dolar AS. Sementara itu, beban usaha perusahaan berkurang menjadi 1,64 miliar dolar AS dibandingkan sebelumnya 2,10 miliar dolar AS.