EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank syariah dinilai perlu memperkuat pencadangan untuk menghadapi kondisi ekonomi kedepan. Pengamat Ekonomi Syariah STEI SEBI, Azis Setiawan menyampaikan bank syariah perlu mewaspadai potensi resesi ekonomi yang mungkin terjadi dan berdampak pada kuartal-kuartal selanjutnya.
"Penting bagi bank syariah untuk tetap prudent dan memperbesar pencadangannya," kata dia pada Republika.co.id, Senin (3/8).
Pencadangan yang memadai akan menjadi fundamental penting untuk bank syariah tetap bisa bertahan dan ekspansi di waktu kembali normal. Meski kinerja kuartal kedua masih terindikasi lebih baik dari perkiraan, bank syariah tetap harus waspada.
Hal yang perlu diperhatikan adalah dampak restrukturisasi dan relaksasi regulasi otoritas yang dikhawatirkan hanya memperbaiki catatan buku bank tetapi menyimpan potensi pembiayaan macet jangka menengah. Sehingga pencadangan akan menjadi modal penting.
Bank syariah harus tetap menjaga pencadangan bahkan meningkatkannya, mengingat dampak pandemi yang masih penuh ketidakpastian dalam jangka menengah. Ia mengingatkan bank syariah harus tetap sangat prudent dan melihat segala peluang yang ada dengan mitigasi risiko yang baik.
Ancaman resesi telah berada di depan mata. Kondisi ekonomi yang kontraksi selama dua kuartal berturut-turut akan memberikan sinyal dunia usaha yang terpukul.
Kondisi ini akan menyulitkan bank syariah untuk bisa menyalurkan pembiayaan. Selain itu juga tetap memberikan potensi gagal bayar dari nasabah yang mengalami kesulitan bisnisnya.
"Ini harus benar-benar dinavigasi dengan baik oleh bank dengan manajemen pembiayaan dan manajemen risiko yang baik," katanya.
Dari sejumlah indikasi yang disampaikan oleh pemerintah, pertumbuhan ekonomi kuartal II cenderung negatif dan kuartal III juga masih akan berat karena pandemi masih belum berakhir. Kondisi ini berdampak tidak mudah bagi bisnis bank syariah.
Misal untuk ekspansi, tentu masih akan sulit karena bank cenderung untuk menggunakan strategi bertahan. Hingga saat ini, Azis melihat secara umum bank syariah masih mengalami pertumbuhan pembiayaan meski jauh lebih rendah dari tahun lalu.
Dana Pihak Ketiga (DPK) masih tumbuh cukup tinggi. Profitabilitas masih positif meski lebih rendah. Secara umum, hal ini mengindikasikan kondisi awal yang baik dari data kuartal II dan tidak seburuk dari yang dikhawatirkan.