EKBIS.CO, WASHINGTON -- Angkatan Udara AS pada Jumat (7/8) menyatakan akan memberikan dana kepada United Launch Alliance (ULA) dan SpaceX, perusahaan roket milik Elon Musk sebesar 653 juta dolar AS atau sekitar Rp 9,501 triliun (kurs Rp 14.550 per dolar AS). Dana itu untuk kontrak peluncuran pesawat militer gabungan di bawah program Pentagon AS.
Kontrak tersebut untuk pesanan layanan peluncuran dimulai pada tahun 2022 dan mengalokasikan 337 juta dolar AS untuk ULA, perusahaan patungan antara Boeing Co dan Lockheed Martin Corp, dan 316 juta dolar AS untuk SpaceX untuk misi pertama dari total sekitar 34 yang akan didukung oleh dua perusahaan roket hingga tahun 2027.
ULA akan menerima kontrak untuk sekitar 60 persen dari pesanan layanan peluncuran tersebut menggunakan roket Vulcan generasi berikutnya sementara SpaceX milik Musk, menggunakan roket Falcon 9 dan Falcon Heavy, akan menerima sekitar 40 persen layanan, kata kepala akuisisi Angkatan Udara Will Roper kepada wartawan di Jumat, dilansir dari Reuters, Sabtu (8/8).
Pemberian kontrak itu merupakan bagian dari mandat Pentagon 2014 dari Kongres untuk melepas ketergantungannya pada roket menggunakan mesin RD-180 Rusia dan transisi ke roket buatan AS untuk meluncurkan muatan keamanan nasional Washington ke luar angkasa.
"Program yang dinamakan National Security Space Launch Tahap 2 itu bertujuan untuk membangun basis industri yang kompetitif yang kami harap tidak hanya membantu misi militer dan keamanan nasional, tetapi juga membantu bangsa kita untuk terus bersaing dan mendominasi di luar angkasa,” tambah Roper.
“Penghargaan hari ini menandai era baru peluncuran luar angkasa yang pada akhirnya akan mengalihkan Departemen dari mesin RD-180 Rusia,” kata Roper dalam sebuah pernyataan.
Kedua perusahaan mengklaim miliaran dolar dalam kontrak militer yang menguntungkan selama rentang lima tahun yang bersaing dengan Blue Origin, perusahaan luar angkasa milik Jeff Bezos dan Northrop Grumman.
Chief Executive Blue Origin Bob Smith mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia kecewa dengan keputusan Pentagon. Ia menambahkan bahwa perusahaan akan terus mengembangkan roket New Glenn yang berat untuk mengejar pasar komersial yang besar dan berkembang.