Senin 10 Aug 2020 12:04 WIB

Stafsus: Indonesia Belum Resesi Meskipun Ekonomi Minus

Indonesia masih dapat menghindari resesi dengan mendorong kuartal III positif.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Friska Yolandha
Resesi ekonomi. Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi Arif Budimanta menilai Indonesia masih belum akan memasuki resesi meskipun pertumbuhan ekonomi pada kuartal II pada tahun ini minus 5,32 persen. Ia menjelaskan, sebuah negara mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya berturut-turut negatif selama dua kuartal dihitung secara tahunan atau year on year.
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Resesi ekonomi. Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi Arif Budimanta menilai Indonesia masih belum akan memasuki resesi meskipun pertumbuhan ekonomi pada kuartal II pada tahun ini minus 5,32 persen. Ia menjelaskan, sebuah negara mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya berturut-turut negatif selama dua kuartal dihitung secara tahunan atau year on year.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi Arif Budimanta menilai Indonesia masih belum akan memasuki resesi meskipun pertumbuhan ekonomi pada kuartal II pada tahun ini minus 5,32 persen. Ia menjelaskan, sebuah negara mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya berturut-turut negatif selama dua kuartal dihitung secara tahunan atau year on year (yoy).

Karena itu, saat ini Indonesia masih bisa menghindari resesi jika pertumbuhan ekonomi pada kuartal III nanti tumbuh positif. “Jika sebuah negara mengalami pertumbuhan negatif selama 2 kuartal berturut-turut dihitung secara kuartalan (qtq) bukan secara tahunan (yoy), maka itu belum bisa disebut mengalami resesi. Konsensus semua ekonomi di seluruh dunia menyatakan resesi adalah pertumbuhan negatif perekonomian berturut-turut selama 2 kuartal dihitung secara tahunan (yoy),” jelas dia, Senin (10/8).

Baca Juga

Arif mengatakan, pertumbuhan negatif pada kuartal II telah diprediksi sebelumnya. Kondisi tersebut merupakan dampak dari pandemi covid-19 yang mengharuskan diterapkannya kebijakan PSBB. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi di kuartal III nanti pun masih bisa naik ke level positif.

“Di kuartal III kita punya peluang kembali ke level positif setelah bergeraknya lagi aktivitas perekonomian dengan protokol adaptasi kebiasaan baru (AKB),” jelasnya.

Ia mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang negatif ini tak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di seluruh negara dengan kontraksi yang lebih tajam. Seperti di Uni Eropa yang mengalami kontraksi ekonomi hingga minus 14,4 persen, Singapura minus 12,6 persen, Amerika Serikat minus 9,5 persen, dan Malaysia yang mengalami minus 8,4 persen.

Kondisi ekonomi di Indonesia pun dinilainya lebih baik dibandingkan negara-negara tersebut. Sebab, Presiden meminta untuk melakukan program-program guna mendorong ekonomi domestik.

“Artinya kondisi kita relatif lebih dibandingkan dengan beberapa negara tersebut karena sejak awal Presiden memberikan arahan untuk melakukan program dan fasilitas yang sifatnya counter cyclical untuk mendorong ekonomi domestik khususnya konsumsi masyarakat sehingga tidak membuat ekonomi kita terkontraksi lebih dalam lagi,” ujar dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement