EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menekankan pentingnya akselerasi pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia dalam mengantisipasi krisis ekonomi dan krisis energi. Tak hanya di Indonesia, negara-negara di dunia juga melakukan berbagai langkah antisipatif dalam mengembangkan EBT terutama India.
"India sudah melakukan banyak program dan komitmen mereka untuk melakukan reformasi di sektor energi itu besar. Ini tentu saja ke depan akan mengurangi konsumsi gas dan juga konsumsi batu bara. Kita tahu Indonesia banyak mengekspor batubara ke India sehingga membutuhkan suatu pemikiran ke depan bagaimana memanfaatkan energi kita," kata Arifin, Rabu (12/8).
Salah satu sumber EBT yang menjadi sorotan Arifin untuk bisa dikonversi sebagai listrik adalah bioenergi. Sumber energi tersebut memiliki potensi 32,6 Giga Watt (GW), akan tetapi baru terealisasi sebesar 5,8 persen atau 1.895,7 Mega Watt (MW).
"Bioenergi sangat penting ke depan, terutama nanti kalau minyak habis, gas sedikit. Bioenergi ini adalah salah satu andalan kita. Kita jangan berpikir sekarang, tapi ke depan pada saat minyak mahal, kita akan memanfaatkan bioresources ini," kata Arifin.
Salah satu keberhasilan pengembangan bioenergi adalah dengan diresmikannya pabrik katalis merah putih di Bandung beberapa waktu lalu. Pabrik tersebut merupakan pabrik katalis nasional pertama di Indonesia yang dikembangakan sejak tahun 1982 oleh ilmuwan Institut Teknologi Bandung. Pabrik tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan industri pengilangan minyak, kimia dan petrokimia, serta industri energi.
Jenis sumber EBT lain yang punya potensi besar namun belum teroptimalkan secara baik adalah panas bumi (23,9 GW), bayu atau angin (60,6 GW), Hidro atau air (75 GW), surya (207,8 GW) dan samudera. "Samudera, ocean resources kita punya potensi hampir 18 GW tapi masih nol persen, belum termanfaatkan," ungkap Arifin.