EKBIS.CO, BANGKOK -- Perekonomian Thailand mengalami kontraksi terbesar dalam 22 tahun terakhir. Negeri Gajah Putih mengalami kontraksi hingga 12,2 persen pada kuartal kedua jika dibanding satu tahun sebelumnya. Dikutip dari Aljazirah, kondisi tersebut merupakan krisis ekonomi terburuk Thailand sejak 1998 lalu.
Merosotnya perekonomian Thailand diketahui merupakan imbas dari kebijakan dan langkah-langkah pemerintah dalam penanganan Covid-19. Antara lain seperti pembatasan ekspor, pembatasan aktivitas domestik, dan penutupan sektor pariwisata. Namun angka tersebut dinilai lebih baik dari perkiraan rata-rata untuk penurunan 13,3 persen dalam produk domestik bruto (PDB) dalam jajak pendapat yang dilakukan Reuters.
Dalam skala triwulanan, ekonomi menyusut dengan penyesuaian musiman 9,7 persen. Berdasarkan catatan, angka tersebut merupakan rekor terdalam, tetapi lebih baik dari perkiraan penurunan 11,4 persen oleh para ekonom.
Ekonom Asia di firma riset Capital Economics, Alex Holmes, dalam catatannya menyampaikan bahwa pemulihan Thailand dalam beberapa bulan mendatang akan tertahan oleh sektor eksternal. "Pengeluaran turis asing setara dengan sekitar 10 persen dari PDB sebelum krisis dan turun ke nol secara efektif pada akhir Maret, di mana itu tetap ada sejak itu," kata Holmes.
Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional (NESDC) memangkas perkiraan produk domestik bruto untuk tahun 2020 dengan memperkirakan ekonomi Thailand menyusut 7,3-7,8 persen tahun ini, setelah sebelumnya memperkirakan kontraksi 5-6 persen.
"Rilis ekonomi hari ini menggarisbawahi jatuhnya permintaan agregat, baik secara eksternal maupun internal," kata Kobsidthi Silpachai, kepala riset pasar modal Kasikornbank.
Thailand juga telah mencabut sebagian besar kebijakan lockdown setelah melihat tidak adanya penularan lokal virus corona selama lebih dari dua bulan. Sebelumnya jumlah pengunjung asing ke Thailand turun menjadi hampir nol pada periode April-Juni. NESDC memperkirakan hanya 6,7 juta turis asing yang datang ke Thailand tahun ini atau turun 83 persen dari rekor tahun lalu 39,8 juta.