Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal Maret lalu telah berdampak sangat signifikan terhadap kegiatan operasional PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Total laba bersih yang diperoleh perseroan di Semester I/2020 tersisa Rp5 miliar, atau turun 99,1% dari Rp590 miliar di periode yang sama tahun lalu
Perseroan juga mencatatkan penjualan kotor sebesar Rp2,19 triliun atau turun 58,3% dari Rp5,26 triliun di Semester I/2019. Pendapatan bersih anjlok 57,8% menjadi Rp1,47 triliun.
Pembatasan jam operasional gerai, terutama gerai yang terletak di mall/pusat perbelanjaan, serta menurunnya daya beli masyarakat akibat berkurangnya pendapatan dan Pemutusan Hubungan Kerja/PHK, turut berdampak negatif terhadap performa Ramayana sepanjang Semester I/2020.
Perseroan menutup sementara 94 gerai dari akhir bulan Maret dikarenakan adanya peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pembukaan kembali gerai Ramayana yang prospektif dan di daerah non-PSBB dilakukan secara bertahap sejak pertengahan bulan April. Hingga 30 Juni, Ramayana telah mengoperasikan kembali 105 gerai dari total 118 gerai.
"Pembukaan kembali gerai tersebut dilakukan dengan tetap mengikuti
protokol kesehatan dan memprioritaskan keamanan pelanggan dan karyawan Ramayana," ujar Setyadi Surya, Sekretaris Perusahaan dalam keterbukaan informasi yang dikutip SWA Online, Rabu (09/09/2020).
Adapun penjualan kotor di Kuartal II/2020 menyumbang penurunan terbesar sebanyak 77,5% imbas dari penutupan gerai, pembatasan jam operasional gerai, serta menurunnya daya beli masyarakat. Padahal, kuartal kedua merupakan periode yang sangat krusial bagi Ramayana, dimana terdapat musim Lebaran yang berkontribusi sangat besar terhadap penjualan dan laba Perseroan.
Total laba kotor yang diperoleh Perseroan sebesar Rp614 miliar atau mencerminkan marjin laba kotor 28,0%. Adapun laba kotor tersebut mengalami penurunan sebesar 60,9% dari Rp1,57 triliun di periode yang sama tahun lalu, atau mencerminkan marjin laba kotor 29,8%.
Penurunan marjin laba kotor tersebut disebabkan oleh meningkatnya kontribusi penjualan supermarket dengan marjin laba kotor yang lebih rendah. "Untuk menindaklanjuti penurunan penjualan dan laba kotor, Perseroan mengambil langkah untuk melakukan kontrol ketat dan efisiensi terhadap biaya operasional secara menyeluruh, termasuk upaya untuk mendapatkan keringanan biaya sewa dari pihak developer," tuturnya.
Editor: Eva Martha Rahayu
ww.swa.co.id