EKBIS.CO, JAKARTA -- Komando Strategis Pertanian (Kostratani) yang dikembangkan Kementerian Pertanian dinilai menjadi solusi pendorong bagi produktivitas pertanian di daerah, salah satunya di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, menyatakan melalui Balai Pelatihan Pertanian (BPP), Kostratani mengedepankan sistem pertanian berbasis teknologi informasi (TI).
"Kostratani membangun pertanian digital. Semuanya sekarang terkoneksi secara internet. Aksesnya kini juga lebih mudah dan akurat bahkan lebih," katanya.
Di Pemalang Jawa Tengah, percontohan Kostratani diterapkan di BPP Pemalang dan BPP Ampelgading yang mana kedua BPP tersebut menerapkan SDM, Kostratani dan sistem berbasis digital.
"Melihat antusiasme penyuluh dan petaninya, Pemalang sangat luar biasa. Sangat potensial untuk maju. Mereka sangat mensuport Kostratani. Kami yakin Kostratani akan sukses di Pemalang dan menaikan produktivitas secara menyeluruh," ujarnya di Kabupaten, Pemalang.
Untuk itu, Dedi menambahkan, pelatihan khusus harus diberikan kepada petani dan penyuluh untuk mendorong digitalisasi pertanian serta seluruh potensi pertanian di Pemalang harus dioptimalkan.
"Aplikasi digital memang tidak 100 persen sehingga kami tetap harus melakukan pendampingan. Sistem konvensional dikombinasikan dengan digital sehingga nanti akan diberikan berbagai pelatihan mulai dari entry data. Menggunakan digital, BPP terkoneksi secara nasional," katanya.
Sementara itu Kepala BPP Model Kostratani Pemalang, Samhudi menyatakan pihaknya siap berkolaborasi berkolaborasi dengan Kostratani dan berharap Kostratani memenuhi kapasitas kebutuhan BPP untuk IT beserta pelatihannya.
"Penyuluh dan petani harus diberdayakan lagi. Kami juga terus mendorong pengembangan komoditi baru untuk menaikkan produktivitas di Indonesia," ujarnya.
Koordinator BPP Model Kostratani Ampelgading, Akbar Sumito menyampaikan potensi di Ampelgading sangat besar terutama padi, kacang tanah dan manga namun membutuhkan pelatihan dan pendampingan untuk digitalisasi sehingga bisa mengakses pasar.