Rabu 16 Sep 2020 11:20 WIB

ADB: Fundamental Makroekonomi RI Kuat, tapi....

ADB memproyeksikan permintaan domestik percepat pemulihan ekonomi RI.

Red: Nur Hasan Murtiaji
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/9/2020). ADB memproyeksikan permintaan domestik mempercepat pemulihan ekonomi RI
Foto: SIGID KURNIAWAN/ANTARA
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/9/2020). ADB memproyeksikan permintaan domestik mempercepat pemulihan ekonomi RI

EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan perekonomian Indonesia akan mengalami kontraksi 1,0 persen tahun ini di tengah pandemi Covid-19. Namun, ADB juga memprediksi perekonomian Indonesia naik kembali ke level pertumbuhan 5,3 persen pada 2021.

Berdasarkan data Asian Development Outlook (ADO) 2020 Update yang dirilis ADB, Selasa (15/9), pemulihan ekonomi Indonesia tahun depan akan didukung oleh perekonomian global dan reformasi domestik yang meningkatkan investasi. Kontraksi tahun ini, menurut ADB, merupakan kemerosotan ekonomi Indonesia yang pertama sejak krisis keuangan Asia pada 1997–1998, terjadi di saat proyeksi pertumbuhan negatif secara keseluruhan di kawasan Asia yang sedang berkembang, termasuk Malaysia (-5,0 persen), Filipina (-7,3 persen), dan Thailand (-8,0 persen).

“Meskipun memiliki fundamental makroekonomi yang kuat, Indonesia diperkirakan menghadapi jalur pertumbuhan yang sulit hingga akhir 2020, mengingat besarnya ketidakpastian dalam cakupan dan tren pandemi di Indonesia,” kata Direktur ADB untuk Indonesia, Winfried Wicklein, dalam rilis kepada Republika.co.id, Rabu (16/9).

“Ke depannya, prioritas kebijakan yang konsisten dan terkoordinasi, disertai keseimbangan antara perlindungan nyawa dan mata pencaharian, serta memulai kembali kegiatan usaha secara aman, tetaplah penting guna memastikan pemulihan yang cepat dan inklusif,” kata Wicklein.

Konsumsi Indonesia mengalami kontraksi pada paruh pertama 2020 seiring pemotongan belanja oleh rumah tangga dan penundaan investasi oleh dunia usaha. Permintaan terhadap ekspor Indonesia ikut merosot seiring diberlakukannya karantina wilayah di seluruh dunia. Pemerintah merespons dengan kebijakan yang luas guna mengurangi dampak pandemi, termasuk dukungan penghasilan bagi rumah tangga dan pekerja yang rentan, peningkatan perawatan kesehatan, serta bantuan ekonomi bagi dunia usaha.

Permintaan domestik percepat pemulihan ekonomi

Laporan ADB ini memperkirakan belanja rumah tangga masih akan tetap rendah dalam waktu dekat, mengingat pembatasan sosial guna mengendalikan penyebaran virus. Karena permintaan global dan domestik akan tetap lemah pada 2020, kegiatan perdagangan dan investasi pun akan tetap rendah.

Namun, laporan ADB ini memproyeksikan pemulihan yang cepat dengan permintaan domestik yang tadinya tertahan mampu mendongkrak indeks manajer pembelian di bidang manufaktur hingga melampaui ambang batas 50 pada Agustus. "Keyakinan juga semestinya ikut naik seiring bantuan pembiayaan dari pemerintah untuk investasi dan operasi usaha," katanya.

Lemahnya permintaan domestik dalam jangka waktu dekat menyebabkan prakiraan inflasi Indonesia tahun ini diturunkan menjadi rata-rata 2,0 persen, turun dari 3,0 persen yang disebutkan ADB dalam prakiraan April 2020. Seiring pulihnya belanja rumah tangga dan dunia usaha pada 2021, inflasi diperkirakan naik ke 2,8 persen.

Adapun impor barang modal merosot lebih tajam daripada kontraksi pendapatan dari sektor pariwisata dan ekspor komoditas sehingga defisit transaksi berjalan kini diperkirakan turun menjadi setara dengan 1,5 persen produk domestik bruto 2020.

“Di tengah ketidakpastian yang ada, risiko terhadap proyeksi ini lebih cenderung ke bawah,” kata ekonom ADB untuk Indonesia, Emma Allen. “Memburuknya kondisi infeksi, baik pada tingkat lokal maupun global, akan menimbulkan pemburukan keyakinan konsumen secara berkepanjangan sehingga bisa menunda pemulihan ekonomi. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi pemerintah untuk segera melaksanakan langkah-langkah dalam menanggulangi pandemi dan mendorong pemulihan ekonomi,” kata Emma.

ADB berkomitmen mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, serta terus melanjutkan upaya memberantas kemiskinan ekstrem. Didirikan pada 1966, ADB dimiliki oleh 68 anggota, sebanyak 49 di antaranya berada di kawasan Asia dan Pasifik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement