EKBIS.CO, NEWYORK -- Konsumen diprediksi tetap berpergian ke mall di masa depan. Namun kunjungan mereka diperkirakan tak lagi sekedar belanja.
Toko di mall di Amerika kian sepi seiring berkembangnya penjualan daring. Para pengusaha mall terus berusaha memanfaatkan toko-toko agar tidak sepi. Toko bisa dialihkan sebagai sekolah atau praktik dokter.
Dari data lembaga riset REIS Moody Analytics menyebut rata-rata tingkat hunian toko mall berada di angka 9,8 persen pada awal September. Angka ini melampaui peningkatan pada 2011 yakni 9,3 persen.
"Diperkirakan angka ini akan terus mengambang ke depan selama lima tahun ke depan," kata Kepala Komersil REIS Vicyor Canalog dilansir dari CNN pada Ahad (20/9).
"Krisis virus corona meningkatkan e-commerce. Seiring kita pulih dari pandemi, sangat sulit kemungkinannya tingkat hunian toko akan kembali seperti sebelum pandemi," ujar Canalog.
Para pengelola mall bertaruh ketika mengalihfungsikan toko dengan berbagai cara. Sebab mengganti toko dengan toko lainnya berpotensi tetap rugi.
Pengelola mall melirik agar toko dijadikan sekolah atau praktek dokter. Kemudian toko yang kosong bisa dijadikan fasilitas penyimpanan jangka pendek-panjang oleh pelanggan.
"Sebelum Covid terjadi kelebihan suplai lapak ritel di Amerika," ujar Direktur Nasional Ritel Time Equities, Ami Ziff. Time Equities kini memanajemen ratusan properti ritel di Amerika termasuk mall yang tutup.
"Sekarang anda harus kreatif dengan siapa menyewakannya dan pergi keluar sana mencari penyewa yang berbeda-beda," ucap Ziff.
Time Equities memiliki properti mall the Landing di Georgia. Mall itu memang ditempati restoran dan toko lokal. Namun the Landing mulai melirik agar dokter umum dan dokter gigi juga buka praktek memanfaatkan toko yang kosong disana.
"Sebagai pengelola mall, kami tak bisa menunggu orang datang saja. Kami harus keluar sana dan menemukan ide baru karena suplai toko melebihi kebutuhannya saat ini," ungkap Ziff.