Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Sampai dengan Agustus 2020, Kementerian BUMN yang dipimpin Menteri Erick Thohir mencatat realisasi restrukturisasi oleh bank Himbara telah mencapai lebih dari Rp1 triliun. Di mana sebagian besar didominasi oleh UMKM.
"Bank-bank Himbara, mereka menjadi terdepan dalam penanganan UMKM khususnya untuk restrukturisasi kredit dan kita tahu itu. Sampai Agustus sudah tembus sampai Rp1 triliun restrukturisasi terhadap kredit. UMKM-nya cukup besar," ujar Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga dalam webinar BUMN Energi di Tengah Pandemi, Sabtu (19/9/2020).
Arya menjelaskan, ujung tombak dari upaya pemerintah menyelamatkan UMKM adalah dengan memberikan jaminan dari sisi pembiayaan. Berupa keringanan bunga atau kelonggaran tenggat waktu pembayaran kredit.
Baca Juga: Pendapatan Mitra UMKM Terus Anjlok, Pertamina Terus Putar Otak
Baca Juga: Program Bantuan UMKM Kurang Nendang, Sandi Bocorkan Strategi Biar Menang
"Di samping itu tadi Pak Erick (Menteri BUMN) menyiapkan program PaDi UMKM. Jadi, setelah urusan kreditnya kita legakan, maka berikutnya bagaimana produk mereka dibeli," ucap Arya.
Melalui program PaDi, diharapkan bisa memberi ruang dan peluang pelaku UMKM agar bisa memeroleh kesempatan mendapatkan pembiayaan dari BUMN. Selain itu, PaDi juga berusaha menciptakan transparansi di lingkungan BUMN dalam proses pengadaan barang dan jasa.
"Program PaDi inilah yang akan menjadi pemicu off-taker terhadap UMKM. Jadi, kita minta semua BUMN sampai level Rp14 miliar proyek-proyeknya diberikan kepada UMKM. Ini adalah langkah yang real bagaimana BUMN menjadi off-taker," kata Arya.
"Jadi, kami melihat bahwa dengan Rp8,366 triliun aset BUMN, porsi pengadaan mencapai Rp18,52 triliun. Sangat besar dengan lebih dari 72.000 penyedia jasa," ujar Arya.
Sekitar 72.000 penyedia jasa tersebut terbagi ke dalam delapan kelompok kegiatan. Ada kelompok material konstruksi, jasa konstruksi, jasa ekspedisi dan pengepakan, jasa sewa peralatan mesin, jasa advertising, jasa katering dan snack, serta jasa persewaan furnitur.
"Kita juga melakukan pendataan B2B dan B2C. Jadi, secara komersial itu kita garap, secara bisnis juga kita garap. Nanti udah ada program aplikasi yang dibuat untuk mereka, dan mereka akan masuk untuk menjadi di samping off-taker, untuk B2B. Juga nanti mereka didorong untuk masuk marketplace," kata Arya.