EKBIS.CO, JAKARTA — Perhatian pemerintah terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cukup tinggi. Namun tingkat literasi masyarakat terhadap ekonomi dan keuangan syariah masih rendah.
Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Ekonomi Islam (IAEI) DKI Jakarta, Rahmatina A Kasri, melihat potensi guru sangat besar untuk dapat meningkatkan literasi tersebut. Ia menilai guru adalah sosok yang dekat dengan masyarakat dan sosok yang menjadi inspirasi.
“Sehingga guru akan lebih sering didengarkan oleh murid-muridnya serta lebih sering berbaur dengan masyarakat umum. Harapan kami guru dapat membantu,” katanya pada acara webinar bertajuk “Literasi Ekonomi dan Keuangan Syariah Bagi Guru MA/SMA/SMK” di Jakarta, Kamis (24/9).
Rahmatina mengatakan kegiatan ini dilaksanakan untuk memfasilitasi program literasi ekonomi dan keuangan yang lengkap bagi masyarakat luas, terutama kepada guru-guru dijenjang SLTA sebagai ujung tombak pendidikan masyarakat.
“Diharapkan dengan memberikan dasar ilmu ekonomi dan keuangn syariah kepada guru-guru SMA maka tingkat literasi ekonomi dan keuangan syaraih dapat dilakukan lebih dini dan efektif,” ujarnya.
Mengutip data indeks literasi keuangan syariah yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan tahun 2019, Rahmatina mengungkapkan, saat ini baru 8-9 dari 100 orang Indonesia yang memahami produk dan jasa keuangan syariah. Data itu juga sejalan dengan survei literasi ekonomi syariah yang dirilis oleh Bank Indonesia pada awal tahun 2020, menunjukkan angka 16.3 persen.
“Artinya hanya sekitar 16 dari 100 orang Indonesia yang benar-benar paham (well-literate) terhadap ekonomi syariah,” katanya.