Senin 28 Sep 2020 10:00 WIB

Jumlah Bitcoin untuk Ditambang Kini Sisa 2,5 Juta BTC

Jumlah Bitcoin untuk Ditambang Kini Sisa 2,5 Juta BTC

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Jumlah Bitcoin untuk Ditambang Kini Sisa 2,5 Juta BTC. (FOTO: Unsplash/Dmitry Demidko)
Jumlah Bitcoin untuk Ditambang Kini Sisa 2,5 Juta BTC. (FOTO: Unsplash/Dmitry Demidko)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Bitcoin yang hanya diterbitkan sebanyak 21 juta Bitcoin (BTC) sekarang hanya memiliki sisa di bawah 2,5 juta BTC untuk ditambang.

Dalam sebuah tweet, ChartBTC mengatakan jumlah Bitcoin yang beredar telah melewati angka 18,5 juta BTC seperti dikutip Cointelegraph, Senin (28/9/2020). Ini berarti, tersisa kurang dari 2,5 juta BTC atau sekitar 11,9% dari total Bitcoin yang akan dihasilkan.

Baca Juga: Jika Tak Ada Aral Melintang, Bitcoin di Israel Bebas Pajak Capital Gain

ChartBTC menunjukkan setengah dari sisa 2,5 juta BTC akan ditambang dalam empat tahun ke depan. Sejak genesis block pada tahun 2009, jaringan Bitcoin telah mengalami tiga halving dengan halving ketiga terjadi pada bulan Mei tahun ini.

Karena penerbitan koin baru dikurangi setengahnya setiap empat tahun, Bitcoin terakhir diperkirakan tidak akan ditambang hingga tahun 2140. Tidak ada Bitcoin baru yang dapat ditambang setelah tahun itu.

Seperti yang dilaporkan Cointelegraph sebelumnya, sekelompok delapan ahli Crypto Valley mengira separuh terakhir berbeda dari yang sebelumnya karena lebih banyak orang mempertimbangkan untuk menyimpan tabungan hidup mereka di BTC.

Sejak awal 2020, permintaan institusional untuk Bitcoin terus meningkat. Data survei baru menunjukkan bahwa investor institusional berniat untuk meningkatkan alokasi Bitcoin mereka terlepas dari penurunan harga jangka pendek.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement