EKBIS.CO, JAKARTA -- Musim tanam padi pertama (MT I) periode Oktober 2020-Maret 2021 dimulai. Aliansi Petani Indonesia (API) meminta pemerintah memastikan persediaan benih untuk kebutuhan petani dalam musim tanam pertama. API menyatakan persoalan benih hingga musim tanam yang lalu masih terjadi sehingga berdampak pada buruknya hasil produksi.
Sekretaris Jenderal Alian Petani Indonesia, Muhammad Nuruddin, mengatakan, upaya dan sejumlah strategi pemerintah dalam memacu produksi padi pada musim tanam kali ini sudah maksimal. "Tapi itu baru dalam kerangka administrasi, ketersediaan benih masih agak meragukan," kata Nuruddin kepada Republika.co.id, Rabu (21/10).
Ia mengatakan, memastikan persediaan benih tidak sebatas pada validitas data calon penerima calon lokasi (CPCPL). Namun, perlu monitoring lanjutan sekaligus kesesuaian kualitas benih dengan yang dibutuhkan petani. Apalagi, pemerintah menargetkan adanya peningkatan produksi beras pada musim tanam kali ini.
"Ini harus dipastikan betul-betul. Karena narasumber kami menjelaskan, masih ditemukan benih tapi itu bukan benih. Itu gabah yang diklaim benih dan hal seperti itu masih terjadi," kata Nuruddin.
Lebih lanjut, Nuruddin mengatakan, perlu ada audit internal yang lebih efektif soal pengadaan benih. Sebab, jumlah benih yang disiapkan hingga jutaan ton per tahun wajib diimbangi dengan pengawasan yang ketat, terutama dari Kementerian Pertanian.
Sebelumnya, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menargetkan pada musim tanam I kali ini, penanaman padi mencapai seluas 8,2 juta hektare (ha). Pihaknya meminta jajarannya bersama para petani untuk bisa mempersiapkan peningkatan luas tanam itu untuk bisa terus menggenjot produksi.
Secara rinci, Syahrul menjelaskan, teknis penanaman berdasarkan waktu dan target. Pada bulan Oktober target penanaman di atas lahan seluas 700 ribu ha. Lalu pada bulan November 900 ribu ha dan ditingkatkan pada Desember 1,9 juta ha.
Selanjutnya, pada Januari 2021 seluas 2,16 juta ha, Februari 1,2 juta ha dan Maret 1,01 juta ha lahan. “Nanti dibagi per kabupaten, per kecamatan dan per desa. Kita berharap besar dari 8,2 juta hektar lahan yang ditanami pada musim tanam pertama Oktober-Maret menghasilkan 20 juta ton beras,” kata Syahrul.
Untuk itu ia meminta agar diperhatikan segala macam hal yang berkaitan dengan target tersebut seperti pengairan, benih, pupuk dan kondisi existing suatu daerah penanaman.
“Kita berharap lokasi yang ada sekarang tidak terbatas pada kondisi existing atau ada penambahan lahan baru. Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumsel, Lampung dan sembilan provinsi lainnya harus konsentrasi kejar target yang ada,” kata Syahrul.
Di sisi lain, Mentan Syahrul juga meminta kepada jajarannya agar menyiapkan benih untuk para petani demi memenuhi kebutuhan target pada musim tanam tersebut. “Benih 205 ribu ton lebih sudah harus dipersiapkan di mana tempatnya, di mana ambilnya dan lain sebagainya,” katanya menambahkan.
Lebih lanjut, ia pun meminta agar imbauan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengenai prediksi akan terjadi banjir besar di seluruh Indonesia pada bulan Desember-Januari diantisipasi semua pihak.
“Hati-hati dan persiapkan diri. Lakukan perencanaan yang tepat, manfaatkan yang ada secara efektif, lalu mapping wilayah banjir. Ada wilayah merah, kuning dan hijau,” tuturnya.