EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto mengatakan budidaya udang merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat produktif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Slamet menyebut udang merupakan komoditas yang memberikan share dominan terhadap devisa ekspor yakni sekitar 40 persen terhadap nilai total ekspor produk perikanan nasional.
"Meski pandemi Covid-19 masih berlangsung, namun udang masih menjadi primadona dengan permintaan global yang masih sangat tinggi hingga saat ini," ujar Slamet dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Ahad (25/10).
Slamet melihat petambak udang di tengah pandemi Covid-19 ini masih tetap bersemangat dan produktif melakukan proses produksi. Ia mengambil contoh bisnis budidaya udang di Pantura Jawa, khususnya di Brebes masih dalam kondisi baik. Slamet mengatakan pandemi Covid-19 bisa menjadi potensi untuk memenuhi permintaan global karena saat ini sejumlah negara pesaing penghasil udang vaname terbesar dunia seperti India tengah lockdown.
Slamet berharap bisnis usaha budidaya tambak bisa terus dilakukan pembudidaya seperti di Kabupaten Brebes dengan selalu konsisten menerapkan kaidah Cara Budidaya Ikan yang Baik atau Good Aquaculture Practices (GAP), dengan syarat mutlak demikian dapat memperkuat preferensi konsumen dan bisa mendorong keberterimaan udang Indonesia di pasar ekspor. Produk udang Indonesia selain dikirim ke Amerika Serikat, juga dikirim ke Jepang, Uni Eropa, Cina, dan negara lainnya.
Slamet mengapresiasi usaha budidaya tambak udang yang dilakukan kelompok Mulya Sari di Desa Kaliwlingi, Kabupaten Brebes, yang awal berdiri pada 2014 memiliki kolam 20 kolam, saat ini sudah mengelola kolam produksi sebanyak 34 kolam. Kata Slamet, KKP terus mendorong penerapan budidaya udang berkelanjutan, termasuk didalamnya kewajiban memiliki IPAL yang efektif.
"Pengelolaan limbah melalui IPAL syarat mutlak yang wajib dipenuhi para pelaku usaha agar bisnis usaha budidaya tambak udangnya berkelanjutan," ucap Slamet.
Ketua kelompok Mulya Sari, Supandi mengatakan kelompoknya telah memulai aktivitas usaha budidaya tambak udang sejak 2014. Saat ini total lahan mencapai kurang lebih 12,3 hektare yang terdiri dari kolam produksi seluas 9,3 hektare dan kolam tandon dan IPAL seluas 3 hektare. Kelompok Mulya Sari dalam waktu dekat ini akan mencetak lahan yang masih ada seluas 8 hektare untuk dibangun kolam produksi lengkap dengan kolam tandon dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Supandi menjelaskan kunci sukses usaha budidaya tambak udang yang telah digeluti sejak 1986 antara lain menjaga kelestarian ekosistem dan menjaga kualitas lingkungan yang menjadi faktor paling utama melalui pengelolaan limbah yang efektif.
"Saya optimistis meskipun Covid-19 belum usai, namun bisnis usaha tambak udang ini mempunyai prospek yang cerah dan tentunya di era pandemi ini sangat singnifikan menyerap tenaga kerja," kata Supandi.