EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk telah menyalurkan total kredit senilai Rp 581,9 triliun pada September 2020. Adapun realisasi ini turun 0,6 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan penurunan kredit disebabkan pandemi Covid-19. Hal ini sejalan dengan berlanjutnya pandemi yang membatasi mobilitas dan mempengaruhi iklim bisnis.
“Pertumbuhan positif terlihat kredit korporasi menopang penyaluran kredit BCA secara keseluruhan di tengah pelemahan kredit segmen lainnya,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Senin (26/10).
Tercatat kredit korporasi sebesar Rp 252 triliun atau meningkat 8,6 persen, kredit komersial dan UKM turun 4,9 persen menjadi Rp 182,7 triliun. Pada portofolio kredit konsumer, KPR turun 3,1 persen menjadi Rp 89,3 triliun dan kredit kendaraan bermotor (KKB) turun 19,3 persen menjadi Rp38,6 triliun. Saldo outstanding kartu kredit turun 18,5 persen menjadi Rp 10,9 triliun dan total portofolio kredit konsumer turun 9,4 persen menjadi Rp 141,7 triliun.
"Dari total portofolio kredit, sekitar 20 persen atau Rp 114 triliun merupakan portofolio kredit keuangan berkelanjutan dalam rangka mendukung implementasi ESG (Environmental, Social, and Governance) dan komunitas UKM," ucapnya.
Pada laporan laba rugi, terlepas dari pertumbuhan stagnan pada pendapatan bunga, BCA mencatat pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar sembilan persen menjadi Rp40,8 triliun selama sembilan bulan pertama 2020, terutama ditopang oleh beban bunga yang rendah.
BCA juga telah menurunkan suku bunga berbagai produk pendanaan, sejalan dengan kebijakan suku bunga rendah dari Bank Indonesia. Pendapatan selain bunga tercatat sebesar Rp15,1 triliun, meningkat tiga persen, total pendapatan operasional selama sembilan bulan pertama 2020 sebesar Rp 55,9 triliun, tumbuh 7,3 persen, dan beban operasional sebesar Rp 22,1 triliun atau turun sebesar Rp 216 miliar dibanding tahun lalu.
"Sejalan dengan hal ini, PPOP meningkat sebesar Rp 4 triliun atau 13,5 persen menjadi Rp 33,8 triliun dan dapat menjadi penyangga atas meningkatnya biaya pencadangan. BCA membukukan biaya pencadangan sebesar Rp 9,1 triliun, meningkat sebesar Rp 5,6 triliun atau 160,6 persen, sejalan dengan peningkatan risiko penurunan kualitas kredit," ucapnya.