EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) mengalami tantangan rentabilitas pada kuartal III 2020.
Ketua Kompartemen BPRS Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), Cahyo Kartiko mengatakan, pandemi Covid-19 telah membawa pengaruh pada kinerja BPRS. "Kita rasakan di awal pandemi terjadi kontraksi likuiditas, alhamdulillah tidak berlangsung lama pulih kembali, tapi kemudian yang muncul masalah rentabilitas," kata Cahyo dalam Seminar Nasional Outlook 2021 BPRS, Rabu (4/11).
Cahyo mengatakan, pertumbuhan aset, pembiayaan, dan Dana Pihak Ketiga (DPK) masih cukup baik meski menurun dibandingkan tahun lalu. Rentabilitas pun mengalami penurunan menjadi sekitar 12,35 persen (yoy) dan menjadi catatan khusus.
BPRS membutuhkan terobosan, inovasi, juga upaya pemulihan di sisi rentabilitas ini. Misalnya dengan efisiensi bisnis proses, maupun mengefektifkan pendapatan yang diterima dan dialokasikan pada operasional yang prioritas.
BPRS juga akan menyusun rencana bisnis 2021 dengan mempertimbangkan berbagai macam indikator ekonomi. Sebab, ketidakpastian masih terjadi dan diproyeksi kondisi 2021 masih mungkin sama seperti 2020.
Pada masa pandemi, pertumbuhan bisnis BPRS tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) baik dari sisi DPK, aset, maupun pembiayaan. Namun secara tren pola pertumbuhan BPRS mengikuti BPR.
Aset BPRS per Agustus 2020 tercatat 5,32 persen, lebih tinggi dari BPR sebesar 3,87 persen. Pembiayaan tumbuh 5,86 persen, sementara BPR sebesar 3,84 persen. Dan DPK tumbuh 5,36 persen, sementara BPR sebesar 3,34 persen.
Per Agustus 2020, pangsa pasar BPRS sebesar 8,49 persen dengan jumlah 162 BPRS. Sementara BPR menempati 91,51 persen. Rasio kecukupan modal (CAR) BPRS tercatat 32,38 persen, rasio pembiayaan bermasalah sebesar 9,25 persen, BOPO 87,21 persen, dan ROA sebesar 2,45 persen.