Senin 09 Nov 2020 13:14 WIB

Ikappi: Fluktuasi Harga Ayam Sulit Ditebak

Ada sejumlah fator yang mempengaruhi harga ayam, seperti pembibitan dan penggemukan.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Pedagang menyiapkan ayam potong untuk pembeli di salah satu peternakan ayam di Jakarta, Rabu (23/9/2020). Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyatakan fluktuasi harga ayam agak sulit ditebak, terutama di beberapa daerah seperti Sumatera Barat (Sumbar).
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Pedagang menyiapkan ayam potong untuk pembeli di salah satu peternakan ayam di Jakarta, Rabu (23/9/2020). Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyatakan fluktuasi harga ayam agak sulit ditebak, terutama di beberapa daerah seperti Sumatera Barat (Sumbar).

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyatakan fluktuasi harga ayam agak sulit ditebak, terutama di beberapa daerah seperti Sumatera Barat (Sumbar). Perlu diketahui, harga ayam di Sumbar kini melonjak hingga sekitar Rp 65 ribu per ekor. 

"Kalau di Jakarta harganya masih sekitar Rp 35 ribu sampai Rp 36 ribu per ekor. Namun di beberapa daerah harganya masih kiloan atau per kilo. Di beberapa daerah lain memang ada peningkatan di harga ayam, ayam ini memang agak sulit kita tebak," ujar Ketua Umum Ikappi Abdullah Mansuri kepada Republika.co.id, Senin (9/11).

Baca Juga

Ia menyebutkan, ada berbagai faktor yang memengaruhi harga ayam. Faktor itu meliputi proses pembibitan, ternak, penggemukan, serta lainnya.

"Jadi memang diperlukan kerja sama dari banyak pihak dan ini perlu diatur oleh pemerintah yakni strategi agar harga masih bisa terkendali," jelasnya. 

Abdullah menuturkan, harga ayam terkadang tinggi, karena produksinya memang sedang tidak banyak. Namun ada saatnya pula sangat rendah. Saat harga rendah, kata dia, petani ayam cukup kesulitan. 

Sebenarnya, sambung dia, tidak hanya harga ayam yang melonjak, komoditas lain seperti cabe dan bawang juga mengalami kondisi cukup sulit. "Ini harus dijaga bersama dalam hadapi la nina, natal, dan tahun baru, serta daya beli masyarakat disaat resesi seperti sekarang," ujar Abdullah. 

Menurutnya, semua pihak perlu melakukan antisipasi supaya harga komoditas pangan tidak semakin naik. Apalagi, kata dia, saat ini harga cabe tw di sejumlah daerah telah mencapai Rp 50 ribu lalu bawang merah di atas Rp 39 ribu, padahal rata-rata harganya cuma Rp 33 ribu. 

"Ini harus kita jaga. Tujuannya agar disaat kondisi masyarakat yang sulit ini, pangan tetap bisa kita andalkan dan jaga supaya benar-benar tidak runtuh," tegasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement