Selasa 10 Nov 2020 17:30 WIB

BS Center Proyeksikan Ekonomi Indonesia 2021 2,41 Persen

Dalam skenario terburuk, ekonomi tahun depan diprediksi hanya 1,29 persen.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Warga berjalan di dekat permukiman padat penduduk di Jakarta, Rabu (14/10/2020). Lembaga riset dan kajian independen Brain Society (BS) Center memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan dapat tumbuh pada level 2,41 persen. Tapi, dalam skenario terburuk, ekonomi hanya mampu tumbuh di level 1,29 persen.
Foto: Aprillio Akbar/ANTARA
Warga berjalan di dekat permukiman padat penduduk di Jakarta, Rabu (14/10/2020). Lembaga riset dan kajian independen Brain Society (BS) Center memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan dapat tumbuh pada level 2,41 persen. Tapi, dalam skenario terburuk, ekonomi hanya mampu tumbuh di level 1,29 persen.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Lembaga riset dan kajian independen Brain Society (BS) Center memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan dapat tumbuh pada level 2,41 persen. Tapi, dalam skenario terburuk, ekonomi hanya mampu tumbuh di level 1,29 persen. Prediksi ini jauh di bawah target pemerintah dalam APBN 2021, yaitu lima persen.

Ketua Dewan Pakar BS Center Didin Damanhuri menjelaskan, realisasi dari proyeksi tersebut sangat bergantung pada keberhasilan vaksin. "Salah satu faktornya, tingkat keberhasilan vaksin sebesar 60 persen," ujarnya dalam seri diskusi di peluncuran BS Center di Jakarta, Selasa (10/11).

Baca Juga

Selain itu, Didin menambahkan, proyeksi itu juga mengasumsikan, harga untuk vaksin adalah Rp 2 juta atau 133 dolar AS per dosis. Sementara, pengeluaran per penduduk Indonesia rata-rata untuk kesehatan mencapai 114 dolar AS tiap tahun.

Didin mengatakan, proyeksi yang dihitung BS Center menggunakan logika, vaksin akan berpengaruh terhadap variabel kunci. Misalnya, tingkat simpanan masyarakat, produktivitas ekonomi, konsumsi rumah tangga dan mengarah terhadap penciptaan laju Produk Domestik Bruto (PDB).

Dari asumsi vaksinasi dan pertumbuhan ekonomi, Didin menekankan, variabel keberpihakan pemerintah terhadap alokasi anggaran vaksin Covid-19 menjadi kunci utama. "Tanpa adanya anggaran pemerintah yang memadai, tampaknya sulit bagi vaksinasi dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat, terutama mereka yang rentan," tuturnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement