EKBIS.CO, JAKARTA -- BRIsyariah menandatangani perjanjian kerja sama penyediaan layanan fasilitas jasa perbankan dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Dengan penandatanganan perjanjian tersebut BRIsyariah menjadi bank pertama yang bekerja sama dengan ITB.
Direktur Utama BRIsyariah Ngatari menyampaikan, lewat penandatanganan kerja sama tersebut, BRIsyariah akan menyediakan Penyediaan Layanan Fasilitas Jasa Perbankan bagi mahasiswa dan seluruh civitas akademika ITB antara lain pembayaran SPP, CMS dan pembiayaan.
"Di tahun 2020 kami berupaya memperluas basis nasabah, salah satu strateginya adalah dengan menjalin kerja sama penyediaan layanan fasilitas jasa perbankan dan pembiayaan kepada anggota lembaga pendidikan," katanya dalam keterangan pers, Kamis (12/11).
Kerja sama dengan ITB menyediakan potensi peningkatan bisnis baik dari segi dana maupun pembiayaan. Kerja sama ini membawa peluang BRIsyariah untuk meningkatkan dana murah tabungan. BRIsyariah menargetkan dapat mengajak sekitar 10 persen dari total mahasiswa dan pengajar di ITB untuk bertransaksi lewat BRIsyariah.
Selain menargetkan penambahan jumlah nasabah tabungan, kerja sama ini juga diharapkan ikut berkontribusi untuk peningkatan penyaluran pembiayaan. Di tahun 2020 BRIsyariah akan menambah kerja sama dengan lembaga maupun satuan kerja, karena pembiayaan cross selling tergolong low risk.
Ngatari mengatakan Dana Pihak Ketiga BRIsyariah hingga kuartal III 2020 meningkat berkat pertumbuhan signifikan dari tabungan dan giro. Keberhasilan BRIsyariah dalam meningkatkan DPK yang fokus pada peningkatan Dana Murah (CASA) mampu menurunkan tingkat biaya dana (CoF).
Dengan berbagai digitalisasi layanan baik untuk melayani nasabah dana pihak ketiga maupun nasabah pembiayaan, BRIsyariah optimistis akan terus tumbuh di tahun 2020. Hingga kuartal III 2020 BRIsyariah tumbuh di sisi aset, pembiayaan dan DPK di atas rata-rata industri.
Kinerja pembiayaan BRIsyariah pada September 2020 naik 57,9 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp 40,3 triliun. Di sisi aset, BRIsyariah juga membukukan pertumbuhan 51,4 persen (yoy), menjadi Rp 56 triliun. DPR tumbuh 72,69 persen menjadi Rp 48,7 triliun.