EKBIS.CO, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 berimbas kepada seluruh aspek kehidupan, baik kesehatan, gaya hidup kita, dan pastinya ekonomi masyarakat. Roda ekonomi yang melambat di tengah kondisi ketidakpastian membuat setiap individu harus beradaptasi, menerapkan pada pola penerapan keuangan yang lebih cerdas.
Hal ini yang dirasakan oleh Alexander Thian, penulis dan konten kreator yang juga dikenal sebagai Amrazing. Pria yang disapa Alex ini merupakan salah satu milenial yang mampu menjadi Generasi Djempolan dengan tiga karakteristik Generasi Djempolan dari Kredivo.
Tiga karakteristik tersebut adalah Set Priority yang artinya mampu menentukan skala prioritas dan batasan dalam transaksi sesuai dengan kemampuan. Kedua, Value Over Price, mampu memahami nilai tambah dan jangka panjang dari pengeluaran atau transaksi yang dilakukan. Ketiga, Best of Both World, bukan hanya piawai dalam memanfaatkan teknologi untuk kegiatan sehari-hari tapi juga untuk meningkatkan kemampuan pengaturan keuangan mereka.
Generasi Djempolan sendiri merupakan serangkaian gerakan literasi keuangan digital yang diinisiasi Kredivo untuk menciptakan generasi milenial yang tidak hanya melek teknologi, tapi juga melek keuangan, dan mampu memanfaatkan fintech dengan baik. Head of Business Development PT Finaccel Finance (Kredivo), Lily Suriani mengatakan, Gerakan ini lahir mengingat besarnya potensi generasi milenial untuk turut menggerakkan roda ekonomi nasional.
"Apalagi melihat tren peningkatan keyakinan konsumen untuk bertransaksi digital dalam nominal besar, yang didominasi oleh 85 persen konsumen generasi Z dan milenial," katanya dalam keterangan pers, Senin (23/11).
Sebagai bentuk komitmen jangka panjang, Kredivo juga meluncurkan roadmap Generasi Djempolan. Kedepannya, sesuai dengan roadmap tersebut, Kredivo akan fokus memberikan edukasi berbasis teknologi dan keuangan serta menciptakan lebih banyak generasi melek keuangan.
Lebih lanjut, Alex yang juga berprofesi sebagai penggiat media sosial dengan pengikut Instagram sebesar 514 ribu itu menjelaskan dampak pandemi bagi gaya hidupnya sehari-hari serta pentingnya generasi milenial yang melek keuangan. Alex menjelaskan beberapa tips dalam mengelola keuangan pribadi, demi mengajak lebih banyak milenial menjadi Generasi Djempolan.
Pertama, smart spending, alias belanja sesuai kebutuhan. Ia mengusahakan menabung sebesar minimal 30 persen dari pendapatan. Kemudian ia baca tips and trik, cara-cara investasi dan menabung. Lebih lanjut, perbedaan antara kebutuhan dan keinginan juga menjadi poin penting dari Alex.
"Masih banyak milenial yang tak dapat membedakan kedua hal tersebut," katanya.
Semua pembelian harusnya dipikirkan dahulu walaupun dananya ada. Apakah butuh digunakan, dipamerkan, atau bagaimana? Jika butuh, akan butuh berapa lama? Apakah bisa jadi aset untuk hasilkan lagi, atau bisa jadi investasi lagi. Pemikirannya harus panjang.
Kedua, sibukkan diri dengan kegiatan produktif agar terhindar dari impulsive buying. Ia mengambil pekerjaan sebagai pembicara, serta mengajar kelas personal branding serta marketing dan storytelling. Karena pandemi juga, ia bisa fokus menyelesaikan buku terbarunya sambil usaha merchandise yang sudah disiapkan sejak dua tahun terakhir.
Ketiga, side job dan pengembangan diri menjadi salah satu saran yang dapat dilakukan milenial selama pandemi. Milenial harus bisa memutar otak, misal mencari apa yang bisa kita jual. Apalagi akses pendanaan saat ini tergolong mudah.
"Seperti aku yang membuat usaha merchandise sendiri, tidak sampai setengah tahun omzet kami sudah lewat dari setengah miliar," katanya.
Selanjutnya, terus jaga budget bulanan serta alokasi dana darurat. Menjaga cash flow serta dana darurat juga menjadi strategi yang dijelaskan Alex dalam mengelola keuangan disaat tidak pasti. Terlebih Alex menekankan situasi pandemi yang belum berakhir, hingga ekonomi negara yang sudah resmi dinyatakan resesi.
Semua generasi wajib melek keuangan untuk bersiap-siap. Dana darurat seharusnya enam kali pengeluaran. Misalkan pengeluaran bulanan Rp dua juta, maka dana darurat yang harus disiapkan adalah Rp 12 juta. Selain itu, anggarkan kebutuhan utama, semisal bayar kos, bayar listrik, atau kebutuhan lain yang sifatnya fixed cost.
"Sisa uang tersebut yang dijadikan kebutuhan tersier, seperti upgrade gadget atau liburan sehabis pandemi," katanya.
Alex juga menekankan potensi generasi milenial yang sejak dini sudah fasih menggunakan teknologi dan mendapat akses internet serta informasi yang baik. Sehingga, hal tersebut seharusnya mampu memfasilitasi generasi milenial untuk lebih melek keuangan.