EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berupaya mempercepat penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) pada tahun ini. Tercatat per Oktober 2020, BRI telah menyalurkan KUR senilai Rp 105,3 triliun atau 75,1 persen dari kuota yang diberikan pemerintah kepada perseroan senilai Rp 140,2 triliun.
Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza mengatakan cakupan realisasi KUR terdiri KUR usaha mikro yang disalurkan senilai Rp 89,54 triliun kepada 3,4 juta debitur, sedangkan KUR usaha kecil disalurkan Rp 10,57 triliun kepada 44 ribu debitur.
“Sektor produksi masih mendominasi penyaluran KUR atau sekitar 59,3 persen. Itu berasal dari sektor pertanian, perikanan, industri dan jasa,” ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (1/12).
BRI memproyeksikan memproyeksi pertumbuhan kredit sebesar empat persen sampai lima persen pada 2021. Adapun proyeksi tersebut diyakini berada di atas rata-rata nasional yang diperkirakan sekitar tiga persen sampai 3,5 persen.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan strategi perseroan tetap mengikuti berbagai stimulus pemerintah dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN). "Asumsi target pertumbuhan kredit nasional sekitar tiga persen sampai 3,5 persen. Artinya BRI harus tumbuh di atas itu, sekitar empat persen sampai lima persen," ucapnya.
Sunarso mengakui penyaluran kredit masih lemah akibat pandemi Covid-19. Sejak awal pandemi, Maret 2020 perseroan fokus pertumbuhan bisnis segmen UMKM, mikro, dan ultra mikro. Alasannya segmen ini paling cepat pulih setelah pembatasan aktivitas dilonggarkan, dibandingkan segmen menengah dan korporasi.
"Tahun ini kami diberi target penyaluran KUR Rp 144 triliun. Asumsi target tidak dinaikkan maka KUR saja kami harus menyalurkan Rp 140 triliun pada tahun depan, sehingga kami pertajam lagi segmennya," ucapnya.
Sedangkan sektor usaha, Sunarso merinci, perseroan fokus pertanian, pangan dan obat-obatan, serta sektor yang terkait alat kesehatan. Adapun sektor usaha ini menjadi sasaran untuk menumbuhkan kredit.
Sunarto menjelaskan, sampai hari ini, ketika pertumbuhan ekonomi terkontraksi minus lima persen, kemudian membaik minus 3,9 persen, yang masih positif adalah sektor pertanian. Sehingga fokus BRI agar bisnisnya tetap tumbuh adalah segmen UMKM dan sektor pertanian.
“Meski begitu, perseroan tetap memberikan alokasi kredit korporasi, yang mayoritas merupakan BUMN, kredit korporasi masih dibutuhkan terutama untuk menyelesaikan proyek infrastruktur yang sedang berjalan seperti jalan tol,” ucapnya.