EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Freeport Indonesia tengah melakukan kajian untuk ikut serta dalam pembangunan pabrik permunian (smelter) tembaga di Weda Bay, Halmahera, Maluku.
Direktur Utama PTFI Clyaton Alen Wenas mengatakan, salah satu investor asal China, Tsingshan Steel menawarkan kerja sama ini. Sampai saat ini PTFI masih melakukan pembicaraan dengan pihak Tsingshan Steel.
Ia mengaku, PTFI masih perlu berhitung tingkat keekonomian dan efisiensi proyek tersebut. "Kami mau tahu metodenya seperti apa, kapasitasnya berapa, jadwal pembangunan kapan selesainya. Masih pembicaraan, belum ada kesepakatan apapun," ujar pria yang kerap disapa Tony Wenas itu, Rabu (9/12).
Rencana kerja sama ini merupakan salah satu opsi yang sedang dibahas dengan pemerintah dalam rangka memenuhi kewajiban program hilirisasi PTFI. Saat ini, PTFI berencana melakukan pengembangan kapasitas smelter yang sudah ada dan mulai membangun pabrik baru. Meskipun, Tony sendiri selalu berpendapat rencana tersebut tidak ekonomis.
Oleh karena itu, PTFI membuka peluang kerja sama dengan pihak lain yang mampu membangun smelter tembaga lebih cepat dan investasi lebih murah.
Tony mengatakan, bila rencana kerja sama dengan Tsingshan terealisasi dengan keekonomian proyek yang lebih baik dan secara teknis memungkinkan, pembangunan smelter baru di Gresik berpotensi dialihkan ke Halmahera.
"Kalau secara ekonomis dan teknis lebih memungkinkan, kami lebih pilih itu. Namun, apapun yang kami lakukan akan minta arahan pemerintah," kata Tony.
Direktur Utama MIND ID, Orias Petrus Moedak pun mendukung rencana PTFI untuk melakukan kajian, bilamana kerja sama dengan Tsingshan memang ekonomis. Kerja sama dengan Tshingshan akan memperkecil besaran investasi yang dikeluarkan MIND ID.
"Kami mendukung, tapi tahapnya masih pembicaraan awal," ujar Orias.
Oria memahami, PTFI ingin melangkah cepat. Namun ddalam waktu dekat ini, Tsingshan akan melalui dua kali tahun baru yang berdampak pada kecepatan pengambilan keputusan