EKBIS.CO, BEIJING – Saham platform perawatan kesehatan online terbesar di Cina, JD Health, naik 50 persen dalam debut pasar saham di Hong Kong pada Selasa (7/12). Pencapaian ini mencerminkan antusiasme investor untuk industri yang masih muda ketika Cina sudah keluar dari pandemi virus corona.
Seperti dilansir di AP, Selasa (7/12), JD Health merupakan bagian dari JD.Com Inc yang merupakan perusahaan retail terbesar di Cina. Platform ini menjual obat-obatan, paket perawatan rumah sakit hingga konsultasi online oleh dokter.
JD Health tercatat mengumpulkan sekitar 3,8 miliar dolar AS dengan menjual 20 persen kepada pemegang saham publik. Nilai ini menjadi terbesar kedua di Hong Kong setelah perusahaan induknya, JD.com, mengumpulkan 4,5 miliar dolar AS pada Juni ketika bergabung dengan bursa Hong Kong.
JD Health berencana memperluas jangkauan apotek onlinenya dan mengembangkan solusi perawatan kesehatan cerdas yang didukung kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Perusahaan mencatat, aplikasinya telah digunakan 72,5 juta pengguna aktif pada Juni, naik 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Perusahaan digital Cina semakin banyak menawarkan layanan kesehatan ke masyarakat di tengah padatnya rumah sakit dan distribusi obat-obatan serta persediaan alat kesehatan di luar kota besar yang tidak merata.
Beberapa pesaing JD Health adalah Alibaba Health milik raksasa e-commerce Alibaba Group dan Baidu Health yang dijalankan raksasa mesin pencarian Baidu.com Inc. Sementara itu, Tencent Holding menawarkan WeDoctor.
Pandemi virus corona telah meningkatkan permintaan terhadap platform online Cina. Di tengah pandemi, Partai Komunis telah mendorong pertumbuhan industri dengan mengizinkan apotek mengirimkan resep obat secara online. Bahkan, mereka mendorong penggunaan layanan kesehatan online untuk mengurangi beban rumah sakit.
Tren ini juga yang membuat JD Health memutuskan mempercepat debutnya di bursa saham. "Pasar modal sangat positif dengan prospek kami," tutur CEO JD Health Lijun Xin kepada wartawan di kantor pusat perusahaan di Beijing.
Xin menyebutkan, pandemi telah mendorong pertumbuhan industri kesehatan, sehingga pihaknya harus bertindak cepat. Ia menggambarkan, perkembangan industri ini bahkan mencapai tiga kali lipat dibandingkan sebelum masa pandemi.
Selama pandemi, pasien mulai mengutamakan layanan online. Mereka tidak lagi menggunakan platform digital untuk perawatan mendesak, melainkan untuk berkonsultasi dengan dokter tentang kondisi kronis.
"Pola baru keterlibatan digital ini kemungkinan akan berlanjut dan meningkatkan frekuensi konsultasi," kata analis industri Kevin Chang dari Bain & Co dalam sebuah laporan.
Direktur manajemen aset di Amber Hill Capital Ltd Jackson Wong menjelaskan, investor memiliki harapan yang tinggi terhadap perusahaan layanan kesehatan online yang terus berkembang di Cina. Tapi, ia menilai, perusahaan masih memiliki tantangan besar. Industri kesehatan mungkin menghadapi persaingan lebih ketat setelah virus corona sudah dikendalikan dan pasien memiliki banyak pilihan offline.
"Apabila vaksin sangat efektif dan orang-orang mulai beraktivitas lagi, pertumbuhan aplikasi kesehatan online mungkin tidak akan setinggi sekarang. Ini menjadi risiko terbesar bagi perusahaan semacam ini," ujarnya.