Jumat 18 Dec 2020 08:32 WIB

Gandeng Masyarakat Lokal, Industri Sawit Antisipasi Karhutla

Kerja sama bersama Satgas Karhutla dan masyarakat lokal harus dipererat.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Industri sawit mulai bersiap menyiapkan sejumlah antisipasi untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Sementara itu, Kementerian Pertanian (Kemenan) mendorong agar setiap industri saling bekerja sama dengan para lembaga terkait termasuk pemerintah daerah dalam upaya pencegahan.
Foto: BAYU PRATAMA S/ANTARA
Industri sawit mulai bersiap menyiapkan sejumlah antisipasi untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Sementara itu, Kementerian Pertanian (Kemenan) mendorong agar setiap industri saling bekerja sama dengan para lembaga terkait termasuk pemerintah daerah dalam upaya pencegahan.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Industri sawit mulai bersiap menyiapkan sejumlah antisipasi untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Sementara itu, Kementerian Pertanian (Kemenan) mendorong agar setiap industri saling bekerja sama dengan para lembaga terkait termasuk pemerintah daerah dalam upaya pencegahan.

Chief Executive Officer Minamas Plantation, Shamsuddin Muhammad, mengatakan, meski kondisi cuaca lebih bersahabat dari tahun lalu, kondisi tersebut seharusnya tidak menjadi alasan bagi setiap perusahaan untuk lengah dalam pencegahan karhutla. Kerja sama bersama Satgas Karhutla dan masyarakat lokal harus dipererat.

Di satu sisi, Shamsuddin, mengatakan, kerja sama dengan perguruan tinggi setempat juga dinilai perlu. Minamas, kata dia, menggandeng Universitas Tanjungpura dalam menyusun program Desa Mandiri Cegah Api (DCMA) khusus untuk wilayah Kalimantan Barat.

"Program DCMA ini memungkinkan kami menciptakan kemandirian masyarakat sekitar di bidang sosial ekonomi sekaligus mengkombinasikan dengan pelestarian lingkungan seperti program petani milenial dan guru peduli api," ujar Shamsuddin dalam webinar yang digelar Forum Wartawan Pertanian, Kamis (17/12).

Kegiatan DMCA dilaksanakan di setiap desa-desa sekitar operasional perusahaan, yang hingga kini sudah mencapai 34 desa atau mencakup total area desa binaan seluas 161 ribu hektare. DMCA mencakup pemahaman akan bahaya karhutla dapat terus meningkat di masyarakat secara luas. Adapun untuk Program Guru Peduli Api saat ini melibatkan 662 Guru dan Kepala Sekolah di 60 sekolah di sekitar wilayah operasional Perusahaan serta Program Penghargaan Desa Bebas Api.

Ia mengatakan, Minamas Plantation hingga kini terus memantau situasi yang berlangsung di seluruh lokasi perusahaan secara cermat. Pemantauan dilakukan lewat sistem Plantation Location Intelligent Universal Management (PLATINUM) menggunakan data-data dari satelit pada titik panas di peta area konsesi untuk dapat mendeteksinya dengan cepat.

"Seluruh titik api yang terdeteksi akan segera dilaporkan kepada pihak berwenang dan prosedur yang sama juga diterapkan dalam standar operasional perusahaan," ujarnya.

Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono, mengapresiasi industri yang sudah aktif dalam melakukan pencegahan, termasuk oleh Minamas Plantation.

"Ini harus direplikasi sebagai role model atau bahkan menjadi centre of excellence. Selain itu, semoga poin-poin dari hasil diskusi ini dapat menjadi pedoman sehingga kesiapan setiap pihak dalam pencegahan Karhutla menjadi lebih optimal,” katanya.

Menurutnya semua pihak harus berkolaborasi dan bekerja sama dalam upaya pencegahan karhutla tahun depan. Selain membuat regulasi dan bersinergi dengan instansi terkait, Kasdi menyampaikan, Kementan juga membentuk Brigade Kebakaran Lahan Perkebunan dan Kelompok Tani Peduli Api (KTPA) dari tingkat provinsi hingga kabupaten dan kota yang wilayahnya sering terjadi kebakaran lahan.

Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura, Maswadi, menuturkan, DMCA yang berjalan sejak Juli 2020 telah merumuskan pendekatan jangka panjang dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di sekitar kebun dan berbagi pengalaman tentang best practices dalam sustainable agricultural management tanpa membakar lahan.

“Awalnya, inisiasi DMCA untuk mitigasi kebakaran serta perambahan hutan dan lahan di sekitar konsesi perusahaan. Namun dalam perkembangannya, peranan DMCA semakin menyeluruh tak hanya mitigasi, tapi sekaligus membangun kemandirian sosial dan ekonomi warga pedesaan melalui kegiatan pertanian (hidroponik) dan perikanan yang ramah lingkungan,” ujarnya.

Gading Diya, Salah satu Petani Milenial Desa Riam Batu Gading yang masuk dalam program DMCA, mengatakan, dirinya melakukan budidaya sayur hidroponik jenis pakcoy, sawi keriting, seledri dan sawi manis yang menggunakan botol bekas dan bambu. Dalam proses budidaya, warga didampingi langsung oleh para akademisi dari Untan.

"Kegiatan seperti ini sangat membantu para warga untuk dapat mandiri dan meningkatkan kesejahteraan," ujar dia. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement