Senin 04 Jan 2021 17:10 WIB

Fokus Genjot Padi Buat Tanaman Kedelai Terlupakan

Pemerintah perlu buat kebijakan agar harga kedelai lokal dapat bergairah.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Indira Rezkisari
Pekerja membuat tempe di sentra perajin tempe Sanan, Malang, Jawa Timur, Senin (4/1/2021). Perajin tempe setempat berupaya mengurangi kerugian akibat melonjaknya harga kedelai impor dari Rp.6.750 menjadi Rp.9.100 per kilogram dengan memperkecil ukuran tempe yang dijual.
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Pekerja membuat tempe di sentra perajin tempe Sanan, Malang, Jawa Timur, Senin (4/1/2021). Perajin tempe setempat berupaya mengurangi kerugian akibat melonjaknya harga kedelai impor dari Rp.6.750 menjadi Rp.9.100 per kilogram dengan memperkecil ukuran tempe yang dijual.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Koordinator Nasional, Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Said Abdullah, mengatakan fokus pemerintah terhadap upaya menggenjot produksi padi membuat pengembangan tanaman pangan lain menjadi berat. Pasalnya, lahan sawah yang tersedia difokuskan untuk menghasilkan beras.

"Kita bisa menanam kedelai, tapi apakah faktor pendukung itu tersedia? Tentu saja yang utama soal lahan," kata Said kepada Republika.co.id, Senin (4/1).

Baca Juga

Said mencontohkan, di Jawa, komoditas kedelai hanya digunakan untuk tanaman penyelang setelah padi. Namun, kedelai masih jauh kalah saing dibanding jagung yang saat ini sangat menguntungkan petani.

Di satu sisi, pemerintah cenderung terus ingin meningkatkan indeks pertanaman padi dari yang saat ini rata-rata ditanam dua kali setahun. Dengan kata lain, kedelai semakin termarjinalkan lantaran kebijakan pemerintah itu sendiri.

"Bahkan indeks pertanaman padi mau dinaikkan jadi 400 jadi tanam dan panen empat kali setahun. Artinya tidak mungkin lagi lahan yang ada dipakai komoditas lain," katanya menerangkan.

Karena itu, Said mengatakan, perlu ada tambahan lahan khusus untuk kedelai. Menurutnya, sejumlah penelitian dan uji coba sudah dilakukan dengan memanfaatkan lahan rawa yang marjinal. Menurutnya, uji coba telah membuktikan bahwa kedelai bisa ditanam dan menghasilkan produk yang berkualitas.

Lebih lanjut, Said mengatakan, pemerintah juga perlu membuat kebijakan terhadap harga agar kedelai lokal dapat bergairah. Caranya, dengan membuat skema agar harga kedelai impor dan lokal tidak memiliki disparitas harga yang jauh.

"Menurut saya, harga produk impornya yang didekatkan ke harga lokal karena tidak mungkin harga lokal ditarik lebih rendah ikuti harga impor," ujarnya. Meski begitu, Said menilai perlu ada kebijakan yang matang mengenai harga sehingga pasar komoditas kedelai tetap bergairah.

Terakhir, Said mendorong adanya pemetaan kawasan pertanaman kedelai dengan industri tahu dan tempe. Dengan begitu, produksi kedelai lokal dapat langsung diserap oleh industri secara berkelanjutan. "Ada konsep yang dibayangkan, tanam kedelai panen tempe. Jadi harus ada integrasi lahan, tidak perlu besar level kabupaten saja sudah cukup," ujar dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement