EKBIS.CO, WELLINGTON -- Bank Sentral Selandia Baru, Reserve Bank of New Zealand mengatakan pada hari Ahad (10/1), sistem datanya diserang. Gubernur RBNZ Adrian Orr mengatakan pelanggaran tersebut telah diatasi.
"Layanan berbagi file pihak ketiga yang digunakan oleh bank sentral untuk berbagi dan menyimpan beberapa informasi sensitif diakses secara ilegal," kata bank tersebut dalam sebuah pernyataan, dikutip Ahad (10/1).
Andrian menambahkan, akan membutuhkan waktu untuk memahami implikasi penuh dari pelanggaran tersebut. Sifat dan tingkat informasi yang berpotensi diakses masih diinvestigasi, tetapi kemungkinan termasuk beberapa informasi yang sensitif secara komersial dan pribadi.
Pada bulan Agustus, operator bursa saham Selandia Baru juga dilanda serangan siber. InPhySec, sebuah firma keamanan siber independen yang ditugaskan untuk meninjau serangan siber, mengatakan bahwa volume, kecanggihan, dan persistensi serangan itu belum pernah terjadi sebelumnya di Selandia Baru.
Dalam laporan Stabilitas Keuangan November 2019, RBNZ memperingatkan bahwa frekuensi dan tingkat keparahan insiden keamanan siber sedang meningkat di Selandia Baru. Pada Februari tahun lalu, bank mengatakan dalam sebuah laporan bahwa perkiraan biaya insiden dunia maya untuk industri perbankan dan asuransi adalah antara 80 juta dolar Selandia Baru atau 58 juta dolar AS dan 140 juta dolar Selandia Baru per tahun.
"Peristiwa yang lebih ekstrim memiliki kemungkinan yang rendah tetapi masih bisa terjadi," kata bank dalam laporan itu.