Jumat 15 Jan 2021 06:59 WIB

Harga Minyak Naik Didorong Data Impor China

Total impor minyak mentah China naik 7,3 persen pada 2020

Red: Friska Yolandha
Harga minyak naik tipis pada akhir perdagangan Kamis (14/1), didorong oleh pelemahan dolar dan sinyal bullish dari data impor China. Akan tetapi, harga minyak tertekan oleh kekhawatiran baru tentang permintaan minyak global karena melonjaknya kasus virus corona di Eropa dan lockdown di China.
Foto:

Indeks saham dunia naik ke level rekor dan imbal hasil obligasi AS naik tipis pada Kamis karena investor fokus pada proposal bantuan pandemi Biden. "Fundamental spesifik minyak masih tampak cukup mendukung untuk mendorong minyak ke wilayah tinggi baru dalam beberapa sesi perdagangan berikutnya," kata Ritterbusch.

Total impor minyak mentah China naik 7,3 persen pada 2020, dengan rekor kedatangan di kuartal kedua dan ketiga ketika kilang-kilang meningkatkan operasi dan harga rendah mendorong penimbunan, data bea cukai menunjukkan. Namun, konsumen minyak terbesar kedua di dunia melaporkan lonjakan harian terbesarnya dalam kasus baru Covid-19 dalam lebih dari 10 bulan.

Pemerintah-pemerintah di seluruh Eropa telah mengumumkan karantina wilayah karena virus corona yang lebih ketat dan lebih lama. Vaksinasi diperkirakan tidak akan berdampak signifikan untuk beberapa bulan ke depan.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tidak mengubah perkiraan permintaan dunia. Penggunaan minyak akan naik 5,9 juta barel per hari tahun ini menjadi 95,91 juta barel per hari, menyusul rekor kontraksi 9,75 juta barel per hari tahun lalu akibat pandemi.

Produsen-produsen minyak menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan, karena faktor-faktor termasuk kecepatan dan respons terhadap vaksin Covid-19 mempersuram prospek, kata seorang pejabat di Badan Energi Internasional (IEA). Arab Saudi, misalnya, membatasi pasokan minyak ke beberapa pembeli Asia. Sementara Rusia berencana untuk meningkatkan produksi tahun ini.

 

"Pemotongan di Saudi sudah diperkirakan sejak pekan lalu, bahkan sedikit lebih dari wajar di bawah kondisi pasar, dan rasionalisasi harga sudah terlambat," kata analis pasar minyak Rystad, Bjornar Tonhaugen.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement