Dolar AS yang menguat untuk hari ketiga berturut-turut pada Senin (18/1) ke level tertinggi empat minggu, juga membebani harga minyak mentah. Minyak biasanya dihargai dalam dolar, jadi dolar yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain.
Kekhawatiran keamanan menjelang pelantikan presiden AS minggu ini juga menyeret sentimen investor, kata analis PVM Oil, Tamas Varga. “Selain virus corona yang mengamuk, ketegangan pelantikan presiden pekan ini juga bisa menimbulkan keresahan di kalangan investor,” ujarnya.
Harga minyak kembali mengalami penurunan setelah data China menunjukkan ekonomi importir minyak terbesar dunia itu mempercepat pemulihannya dari pandemi.
Harga juga mendapat dukungan dari penurunan produksi minyak Libya, dengan Perusahaan Minyak Waha mengurangi produksi hingga 200.000 barel per hari karena pemeliharaan pada pipa utama yang menghubungkan ladang minyak Al-Samah dan Al-Dhahra ke pelabuhan Es Sider.