Adapun tempe dan tahu, itu disebabkan oleh kenaikan harga kedelai impor yang terjadi sejak akhir tahun lalu. Kenaikan harga kedelai secara langsung mendongkrak kenaikan biaya produksi tempe dan tahu.
Menurut dia, permintaan terhadap dua komoditas makanan itu stabil tinggi. Namun, kenaikan harga kedelai juga tinggi sehingga memicu terjadi inflasi.
Ia mengatakan, dampak pandemi Covid-19 masih membayangi perekonomian berbagai negara. Meski terdapat kenaikan harga-harga pangan, laju inflasi secara umum mengalami perlambatan. Itu terlihat dari data Januari 2021 di mana inflasi hanya 0,26 persen, lebih rendah dari Januari 2020 yang sebesar 0,39 persen maupun Desember 2020 yang mencapai 0,45 persen.
Begitu pula dengan angka inflasi secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 1,55 persen. Dibanding inflasi yoy 2020, inflasi tersebut sangat rendah karena tahun lalu mencapai 2,68 persen. Juga dibanding inflasi yoy Desember 2020 yang mencapai 1,68 persen.
"Itu menunjukkan sisi permintaan masih sangat lemah dan tentunya ini berpengaruh ke konsumsi rumah tangga. Oleh karena itu kita harus kerja sama untuk pulihkan Indonesia," kata Suhariyanto.
Menurutnya, program vaksinasi tentu diharap bisa memulihkan kembali situasi perekonomian. Namun, dibutuhkan dukungan masyarakat dengan kepatuhan tinggi terhadap protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. "Tanpa peran masyarakat, ini sulit dilakukan," ujarnya.