EKBIS.CO, JAKARTA -- Konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) mencatat tingkat keterisian atau okupansi pusat perbelanjaan atau mal di Jakarta sepanjang 2020 mencapai 87 persen. Angka itu turun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 90 persen.
"Tingkat keterisian mal turun dari tahun sebelumnya, tapi berada di angka 87 persen," kata Head of Research JLL Indonesia Yunus Karim dalam paparan pasar properti Jakarta secara daring, Rabu (10/2).
Yunus menjelaskan, kondisi tersebut terjadi karena adaa kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada 2020 untuk mencegah penularan Covid-19. Pusat perbelanjaan sempat ditutup saat kebijakan PSBB. Mal baru diizinkan beroperasi kembali pada Juni secara terbatas baik kapasitas maupun jam operasionalnya.
"Ini menyebabkan penyewa menutup sementara atau permanen. Kita lihat 2020 ini tahun yang menantang bagi para penyewa," kata dia.
JLL mencatat ada penurunan sewa oleh para penyewa tempat di mal sebesar 1,2 persen sepanjang 2020. Penurunan juga terjadi dari permintaan pasar terhadap bangunan mal sebesar 34 ribu meter persegi. Kendati demikian, ada tambahan pasokan baru seluas 25,4 ribu meter persegi tahun lalu.
Yunus menuturkan, meski 2020 menjadi tahun yang berat, pusat perbelanjaan masih dianggap sebagai tempat hiburan dan bagian dari gaya hidup sehingga performanya masih cukup positif di tengah pandemi. "Meskipun ada beberapa penutupan, kami juga tetap melihat pembukaan gerai baru di pusat perbelanjaan menengah ke atas," kata Yunus.
Ia memprediksi sejumlah sektor seperti makanan dan minuman, kecantikan dan fast fashion masih akan cukup aktif pada 2021. Namun, wahana permainan anak hingga bioskop yang jadi daya tarik utama mal masih perlu menunggu waktu untuk bisa kembali menarik pengunjung.