4. Direktur Pengelolaan Risiko INA Marita Alisjahbana
Marita adalah ahli bidang manajemen risiko, sekaligus menjadi yang paling senior di Indonesia dengan pengalaman lebih dari 30 tahun. Ia juga pernah menjabat sebagai Country and Corporate Risk Manager Citibank Indonesia selama 15 tahun, dan merupakan WNI pertama yang memegang posisi tersebut sepanjang sejarah.
"Pernah juga sebagai Country and Corporate Risk Manager Citibank Thailand, Vietnam, dan Filipina," kata Jokowi.
5. Direktur Keuangan INA Eddy Porwanto
Ia dikenal ahli dalam pengelolaan keuangan serta pengembangan kinerja dan value improvement di berbagai perusahaan multinasional. Punya banyak pengalaman sebagai direktur keuangan di berbagai sektor industri, termasuk penerbangan, otomotif, dan consumer goods.
"Juga pernah di Northstar Pacific dan CFO General Motors Indonesia," kata presiden.
Presiden Jokowi meyakini, dengan fondasi hukum yang kuat, dukungan politik yang cukup jelas, keberadaan dewan pengawas, dan jajaran direksi yang memiliki latar belakang kuat, maka INA akan memperoleh kepercayaan nasional dan internasional.
"Dan mampu membuat INA sebagai Sovereign Wealth Fund kelas dunia," katanya.
Presiden juga berharap DPR dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ikut mendukung kebaradaan INA dan ikut mengawal operasionalnya ke depan. INA, ujar presiden, dibentuk untuk mempercepat pembangunan dan menyediakan alternatif pembiayaan pembangunan.
"Juga meningkatkan dan mengoptimalkan nilai aset negara secara jangka panjang. Kita akan mengurangi kesenjangan kemampuan pendanaan domestik dengan kebutuhan pembiayaan pembangunan. INA akan menjadi mitra strategis bagi para investor baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri," kata Jokowi.
Selain Dewan Direksi, Presiden Jokowi telah lebih dulu menyetujui jajaran Dewan Pengawas INA. Mereka terdiri dari dua anggota ex-officio yakni Menkeu Sri Mulyani dan Menteri BUMN Erick Thohir serta tiga profesional yakni Haryanto Sahari, Yozua Makes, dan Darwin Cyril Noerhadi.