EKBIS.CO, oleh Febrian Fachri
Santriwati perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang membuat inovasi dengan menciptakan robot pelayan kafe Arfa di kawasan pesantren. Ada dua robot yang bekerja melayani pembeli di Kafe Arfa. Satu robot diberi nama Sabai dan satu lagi diberi nama Midun. Kedua robot ini diluncurkan bersamaan dengan peluncuran Kafe Arfa pada Kamis (18/2) lalu.
"Kafe Arfa jadi yang pertama di Indonesia yang melayani para tamu menggunakan robot pelayan," kata Pimpinan Diniyyah Puteri Padang Panjang Fauziah Fauzan el Muhammady.
Fauziah menjelaskan awal mula penciptaan robot ini. Satriwati Diniyyah Puteri mengikuti lomba robotik nasional 2020. Saat itu, tim dari Diniyyah Puteri berhasil masiuk final dan merebut juara tiga. Sejak semula, robot ciptaan santriwati Diniyyah Puteri hanya berupa motor penggerak berukuran kecil, 25 sentimeter.
Usai ikut kompetisi, tim robotik Diniyyah Puteri terus mengembangkan karya mereka dengan membuat robot yang menyerupai pelayan kafe. Kini, tinggi robot Sabai dan Midun sudah seukuran manusia dewasa. Tim robotik sudah menyesuaikan berat beban pesanan yang mampu dibawa kedua robot tersebut.
Dalam pengoperasiannya, pembeli tinggal memilih pesanan melalui tablet di meja makan di Kafe Arfa. Untuk transaksi, tinggal menempelkan kartu uang elektronik Brizzi di tablet tersebut. Setelah itu robot Sabai atau Midun akan mengantarkan pesanan kepada pelanggan.
Robot ini akan berjalan sendiri dari dapur ke meja pemesan. Mereka akan berjalan mengikuti garis hitam strip magnetik yang ada di lantai kafe.
Keniscayaan Era 4.0
Fauziah mengatakan, ke depannya, ia ingin santriwati terus mengembangkan pembuatan robot ini. Kini tim robotik Diniyyah Puteri sedang menyiapkan robot muraja'ah. Karena saat ini tenaga ustadz maupun ustadzah khusus muraja'ah tahfizh, tidak sebanding dengan jumlah santri yang ada. Manfaat robot muraja'ah adalah mempermudah satriwati dalam proses menghafal Alquran.
"Menghadirkan robot hari ini adalah sebuah keniscayaan, sebagai persiapan generasi bangsa untuk menghadapi era 4.0," ucap Fauziah.
Salah seorang instruktur santri Diniyyah Puteri Padang Panjang Raan Sholihan mengatakan, robot Sabai dan Midun ini akan melayani tamu jika sudah diperintah melalui remote kontrol yang dikendalikan operator. Robot ini tidak sepenuhnya melayani sampai menyerahkan piring atau gelas kepada pelanggan. Ia hanya mengantarkan sampai ke meja dan pelanggan tinggal mengambil makanan yang diserahkan robot.
Pelayan di dapur akan menempatkan piring di nampan robot, lalu menekan tombol yang tepat untuk mengirim mesin ke meja yang ditentukan. Begitu robot tiba di meja, seorang pelayan atau pelanggan akan mengambil makanan dari nampannya.
Robot Sabai dan Midun juga dilengkapi dengan suara melalui program MP3. Robot sabai robot bisa mengucapkan kalimat salam, ucapan terima kasih, dan sampai jumpa kembali. Sedangkan robot Midun bisa mengucapkan "Ini pesanannya terima kasih, selamat menikmati dan terima kasih".
"Kalau nama Sabai dan Midun diberikan sesuai harapan dari ibu pimpinan (Fauziah) yang ingin mengingatkan lagi sejarah dan cerita rakyat Minangkabau," ucap Raan.
Raan menjelaskan untuk menciptakan robot Sabai dan Midun, menelan biaya senilai Rp 22 juta. Sabai butuh biaya Rp 10 juta dan Midun Rp 12 juta.
"Semua proses pembuatan dikerjakan oleh santri," tambah Raan.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumbar, Hendri mengatakan kehadiran robot Midun dan Sabai di Kafe Arfa dapat menjadi contoh inovasi yang tepat di masa pandemi. Kehadiran robot pelayan ini menurut Hendri dapat meminimalisasi kontak antar manusia di lingkungan kafetaria. Sehingga dapat mengantisipasi penularan Covid-19 di lingkungan pesantren.
Inovasi luar biasa lahir di Perguruan Diniyah Putri pertama di Asia. Terutama di tengah-tengah pandemi Covid-19. "Kami berharap perguruan Diniyah Putri akan menjadi contoh berlakunya fungsi pendidikan, fungsi dakwah, dan fungsi pemberdayaan masyarakat," kata Hendri.