EKBIS.CO, JAKARTA -- Ekspansi penyaluran kredit oleh lembaga perbankan disinyalir mulai terjadi sepanjang tahun ini. Kondisi ini besar kemungkinan diwujudkan terutama oleh bank yang memiliki kualitas kredit baik dan pencadangan tinggi sepanjang 2020, seperti salah satunya BRI.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin berkata, strategi BRI dalam menjaga stabilitas kredit sangat baik sepanjang tahun lalu. Karena itu, tahun ini bank milik negara tersebut dianggap bisa memperluas dan menumbuhkan penyaluran pembiayaannya secara masif.
“Menurut saya, itu bagus, restrukturisasi dan pencadangannya dilakukan secara agresif pada tahun lalu. Tahun ini justru harusnya BRI tinggal melakukan ekspansi saja," ujar Amin.
Hingga Desember 2020 rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross BRI (angka konsolidasi) ada di bawah 3 persen, atau tepatnya 2,99 persen. Angka ini lebih baik dibanding rasio NPL gross industri perbankan di Indonesia yang mencapai 3,06 persen pada periode tersebut.
Tak hanya menjaga kualitas kreditnya, BRI juga berhasil mengalokasikan pencadangan (NPL Coverage) hingga 237,73 persen per Desember 2020. Besarnya rasio tersebut menunjukkan fokus BRI untuk menjaga sustainability alih-alih sekedar membukukan laba di tengah kondisi sulit akibat pandemi Covid-19.
Amin menyebut, potensi ekspansi kredit terbuka lebar bagi BRI, terutama karena saat ini tren permintaan restrukturisasi dari debitur sudah berkurang. Pelaku UMKM di banyak daerah juga sudah mulai bangkit dan meningkatkan kembali kapasitas produksinya.
Berdasarkan hasil survei aktivitas bisnis UMKM yang dilakukan oleh BRI atau BRI Micro & SME Index (BMSI), terlihat bahwa optimisme UMKM menyongsong 2021 mulai bangkit. Hal ini ditunjukkan oleh Indeks Ekspektasi Aktivitas Bisnis (IEAB) yang ada di atas 100, yaitu 105,4 per kuartal IV/2020. Angka ini menunjukkan bahwa mayoritas UMKM masih optimis ada perbaikan pada usahanya mulai awal 2021.
Pada saat yang sama, Indeks Kepercayaan Pelaku usaha (IKP) UMKM kepada pemerintah meningkat dari 126,8 per kuartal III/2020 menjadi 136,3 per akhir 2020. Indikator ini menyiratkan kepercayaan UMKM pada kemampuan pemerintah menjalankan tugas untuk memulihkan kondisi ekonomi.
Kondisi itu bisa dimanfaatkan BRI sebagai bank yang fokus melayani pelaku UMKM untuk meningkatkan fungsi intermediasinya dan kembali meningkatkan profitabilitas. Selain itu, beragam insentif fiskal dan relaksasi dari otoritas bisa dimanfaatkan BRI untuk mendorong kinerjanya. "Harusnya tahun ini menjadi momentum perbaikan. Jika memang kondisi sangat baik, justru pencadangan yang kuat tahun lalu bisa saja dijadikan laba untuk tahun ini," tuturnya.