Selasa 16 Mar 2021 02:00 WIB

Lego Raup Untung Besar Selama Pandemi

Permintaan dari konsumen keluarga selama periode lockdownmendongkrak penjualan lego.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Andi Nur Aminah
Permainan Lego (ilustrasi)
Foto: standard.co.uk
Permainan Lego (ilustrasi)

EKBIS.CO,  BILLUND -- Banyak pelaku industri mengalami cobaan berat di tengah pandemi Covid-19, tapi rupanya ini tak berlaku untuk Lego. Perusahaan mainan yang berpusat di Kota Billund, Denmark, itu malah untung besar.

Lego mengalami pertumbuhan paling pesat selama lima tahun terakhir. Salah satunya berkat melonjaknya permintaan dari konsumen keluarga yang harus di rumah saja selama periode lockdown di masa pandemi.

Baca Juga

Dikutip dari laman Evening Standard, laba operasional Lego pada 2020 melonjak 19 persen menjadi 12,9 miliar krona Denmark (sekitar Rp 29,77 triliun). Pendapatannya juga mengalami kenaikan signifikan.

Angka pendapatan naik 13 persen menjadi 43,7 miliar kroner Denmark (sekitar Rp 100,89 triliun). Penjualan melonjak 21 persen, terutama berkat penjualan daring karena mayoritas gerai luring Lego tutup sementara.

Meroketnya penghasilan Lego juga disebabkan peluncuran inovasi set Super Mario tahun lalu. Mainan tersebut menggabungkan mainan balok klasik dengan gim digital yang bisa diakses konsumen.

Dengan kesuksesan itu, Lego berencana meningkatkan investasi untuk produk serupa pada 2021. Bermitra dengan Universal Music, bulan ini hadir Lego VIDIYO yang memungkinkan anak-anak membuat video musik sendiri dengan efek dan filter khusus.

 Pimpinan eksekutif grup Lego, Niels Christiansen, mengatakan bahwa dua tahun terakhir pihaknya telah melakukan investasi dalam skala besar. Semua inisiatif itu dirancang untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang perusahaan.

Lego akan terus meningkatkan investasi dengan fokus berkelanjutan pada permainan inovatif, pengembangan merek, digitalisasi, dan jaringan ritel omnichannel. Perusahaan juga berjuang mengatasi sejumlah kendala.

Meskipun mencatat peningkatan penjualan selama krisis, Lego juga menghadapi gangguan berupa penundaan rilis filmnya. Itu juga memaksa perusahaan menangguhkan peluncuran seri mainan baru.

Beberapa pabrik dan toko global yang tutup sementara karena pandemi turut menyumbang kerugian. Lonjakan penjualan sebagian diimbangi oleh biaya pengiriman global, menyusul penutupan sementara lokasi manufaktur di Meksiko dan Cina.

Terlepas dari pandemi, perusahaan masih menyimpan rencana pembukaan ratusan gerai baru di seluruh dunia. Menurut Christiansen, orang-orang butuh banyak pengalaman fisik yang unik dan berkesan. "Kami akan terus berinvestasi memperluas jejak ritel global, meningkatkan pengalaman berbelanja di toko, dan membangun kemampuan e-commerce untuk mendukung belanja daring," ujarnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement