Rabu 17 Mar 2021 11:00 WIB

Petani Cabai: Harga Diproyeksi Turun Mulai Bulan Puasa

Hingga awal April kemungkinan harga cabai masih stabil tinggi.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Buruh tani memanen cabai rawit. ilustrasi
Foto: ANTARA/Syaiful Arif
Buruh tani memanen cabai rawit. ilustrasi

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Pergerakan harga cabai diperkirakan para petani akan mulai mengalami penurunan hingga bulan puasa mendatang. Itu terjadi seiring mulai adanya wilayah panen yang tidak terganggu oleh dampak banjir. Namun, seberapa besar penurunan belum dapat dipastikan.

Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), Abdul Hamid, mengatakan, cabai yang masuk masa panen saat ini merupakan hasil dari penanaman empat bulan yang lalu.

Baca Juga

Mayoritas panen kali ini merupakan hasil dari wilayah sentra di dataran tinggi sehingga tidak mengalami gangguan dampak banjir yang sempat terjadi. "Tidak ada yang bisa memastikan pasti akan turun, tapi ini baru ada panen ya kita harapkan harga juga bisa turun," kata Abdul kepada Republika.co.id, Rabu (17/3).

Ia mengatakan, hingga awal April kemungkinan harga cabai masih stabil tinggi. Namun, masih ada waktu sekitar dua bulan hingga menjelang lebaran untuk bisa mulai mencukupi kebutuhan cabai masyarakat.

Sementara itu, salah satu Champion Cabai, Tunov Mondro Atmodjo, mengatakan, khusus cabai rawit ada kemungkinan harga akan turun hingga ke bawah Rp 100 ribu per kilogram (kg) bahkan mendekati Rp 50 ribu per kg di tingkat konsumen. Itu bisa dicapai jika prognosis pemerintah tepat.

Ia tak menampik bahwa produksi saat ini memang sedang minim. Karena itu, bagi Tunov, harga yang tembus hingga Rp 100 per kg di konsumen cukup wajar karena harga dari tingkat petani sudah menyentuh Rp 90 ribu per kg.

"Ini butuh penetrasi kebijakan pasar oleh pemerintah. Kalau mau langsung menurunkan harga itu susah, tapi menahan harga (supaya tidak naik lagi). Ya memang mau tidak mau harus terima keadaan sampai panen raya kembali," kata dia.

Tunov mengungkapkan, persoalan mahalnya cabai saat ini bermula dari jatuhnya harga sepanjang tahun 2020. Harga cabai jatuh paling dalam hingga Rp 2.000 per kg dan terjadi dalam tiga kali panen. Di saat bersamaan, pemerintah baik pusat maupun daerah tidak menolong petani dengan intervensi langsung.

Itu membuat petani cabai mengalami kebangkrutan dan kehabisan modal untuk melakukan penanaman kembali. "Di wilayah saya seperti Magelang, itu 30-40 persen petani tidak menanam cabai. Petani yang menanam pun kehilangan produksinya sampai 30-40 persen karena dampak banjir," kata Tunov.

Ia menegaskan, petani sudah menyampaikan potensi lonjakan harga cabai pada tahun lalu disaat kejatuhan harga. "Kami sudah sampaikan ini akan menjadi boomerang dan akhirnya terbukti," kata dia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement