EKBIS.CO, JAKARTA-- Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih menjadi motor utama dalam memulihkan perekonomian, sebab sektor ini berkonstribusi 61 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Namun banyak UMKM yang berjatuhan akibat dampak pandemi Covid-19 atau mencapai 99 persen atau 64,2 juta dari seluruh usaha yang beroperasi di Indonesia.
Kepala Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia Yunita Resmi Sari mengatakan UMKM membutuhkan tambahan likuiditas untuk meningkatkan usahanya. Hal ini tercermin dari current ratio UMKM selama tahun lalu menurun menjadi 6,35 persen, dari tahun sebelumnya 6,98 persen dan cash ratio yang turun 2,38 persen, dari tahun sebelumnya 3,59 persen.
Hal tersebut terjadi karena pandemi Covid-19 memberikan tekanan ganda bagi para pelaku UMKM, yaitu penurunan pendapatan dan kenaikan beban usaha. Hal tersebut tercermin dari rasio profit margin rata-rata UMKM yang turun menjadi hanya 45,15 persen (gross) dan 19,13 persen (net) sepanjang tahun lalu. Sedangkan beban usaha meningkat dari kemampuan membayar bunga utang atau interest coverage ratio yang turun menjadi 55,63 persen, dari tahun sebelumnya 68,08 persen.
“UMKM itu perlu tambahan likuiditas untuk tambahan usahanya. Secara logika kan bisa ditambah dari kredit modal kerja perbankan, tapi di sisi lain mereka enggak mau nambah beban lagi. Jadi yang diharapkan ya program pemerintah, subsidi bunga atau restrukturisasi. Namun kemampuan UMKM untuk menyelesaikan utang jangka pendek mereka mengalami peningkatan 2020. Ini karena perilaku UMKM yang menahan penambahan utang baru selama pandemi," ujarnya saat Webinar Akurat dengan tema 'Memulihkan Ekonomi dengan Menyelematkan UMKM dari Krisis, Efektif?' yang didukung oleh Bank Indonesia dan Jamkrindo, Jumat (19/3).
Berdasarkan data Bank Indonesia kredit UMKM sudah cukup tinggi alokasinya oleh perbankan sebesar 20 persen dengan kualitas yang tetap terjaga di bawah lima persen yaitu 3,95 persen. Kemudian jika dilihat jumlah rekeningnya, maka jumlah rekening ini sebagian besar memang masih didominasi oleh mikro.
"Maka dengan itu, ini menjadi suatu harapan juga bahwa kelompok usaha mikro ini sudah semakin banyak masuk kedalam mainstreamnya finansial institution atau perbankan," ucapnya.
Adapun dari enam sektor utama pertumbuhan kredit UMKM Indonesia, lanjutnya, jika dilihat bahwa sektor yang masih tumbuh positif adalah pertanian serta industri pengolahan.
"Tentu saja hal tersebut menjadi kabar gembira bagi kita semua. Dimana menurut data Desember 2020, sektor pertanian mencatakan pertumbuhan kredit sebesar 16,7 persen, kemudian disusul dengan industri pengolahan sebesar 1,5 persen meskipun sedikit turun dari tahun sebelumnya," ucapnya.
Dari sisi lain, untuk kredit usaha rakyat (KUR) realisasinya pada 2020 lebih besar dibandingkan pada 2019. Tercatat pada 2020 realisasinya sebesar Rp 188,1 triliun atau sekitar 99 persen dari target sebesar Rp 190 triliun.
"Maka dengan itu, sampai saat ini pemerintah akan terus berusaha sekeras mungkin untuk menyalurkan kredit. Sehingga para UMKM ini tetap survive meski pandemi melanda," ucapnya.
Maka itu pemerintah berencana membentuk holding ultra mikro yang melibatkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani untuk memperkuat akses pembiayaan atau permodalan dari perbankan ke sektor UMKM.