EKBIS.CO, GORONTALO -- Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel menginisiasi pertanian padi tanpa subsidi di Gorontalo. Hal itu ia sampaikan saat memberikan sambutan di hadapan para petani di Kecamatan Dungaliyo, Kabupaten Gorontalo, Selasa (23/3) kemarin.
"Kita akan wujudkan bersama-sama untuk luas tanam 50 ribu hektare," katanya, dalam keterangan tertulis diterima Republika.co.id.
Ia mengatakan, telah melakukan uji coba pertanian tanpa pupuk subsidi. Hasilnya jauh lebih produktif daripada pertanian dengan pupuk subsidi. Karena itu, ia akan memperluas areal tanamnya hingga mencapai 50 ribu hektare.
Gobel bertindak sebagai fasilitator, sedangkan pelakunya adalah para petani itu sendiri dengan bergabung ke dalam wadah koperasi. "Koperasi yang memfasilitasi penyediaan pupuk, bibit, sarana pertanian, dan juga menyerap hasil panennya," katanya.
Untuk tahap pertama, Gobel mengatakan telah menghibahkan dana pribadinya sebesar Rp 500 juta untuk koperasi. Pada tahun kedua ini ia akan menghibahkan lagi sebesar Rp 500 juta lagi, dan begitu seterusnya selama lima tahun.
"Sehingga nanti totalnya menjadi Rp 2,5 miliar. Semuanya saya hibahkan dan menjadi milik petani," katanya.
Sementara itu, pihak bank akan menjadi kreditor, pabrik pupuk menyediakan kebutuhan pupuk nonsubsidi, dan pihak asuransi sebagai penjaminnya. Sedangkan pelibatan Japfa adalah jika petani menanam jagung maka Japfa siap membelinya. Japfa adalah perusahaan pakan ternak yang membutuhkan pasokan jagung.
"Ke depannya kita akan membangun pertanian sebagai sebuah industri modern dengan menyediakan mesin pengering dan penggilingan padi. Kita bangun sistem yang terintegrasi. Ini namanya membangun ekosistem yang diorkestrasikan," katanya.
Melalui alat pengering dan penggilingan modern, ia meyakini bisa meningkatkan produktivitas hingga 30 persen. Hal itu terjadi karena faktor mencegah kerusakan dan kehilangan akibat penanganan pascapanen yang masih tradisional.
Selain di Gorontalo, ia mengatakan, juga melakukan program yang sama di Nusa Tenggara Timur. "Dua provinsi ini sama-sama sebagai provinsi yang miskin. Karena itu kita harus bersama-sama membangun keduanya. Pertanian adalah tulang punggung bangsa. Selain menyediakan pangan, juga menyerap tenaga kerja yang besar serta paling tahan terhadap guncangan ekonomi," katanya.
Senior Project Manager Agro Solution dari PT Pupuk Indonesia, Supriyoto, mengatakan, pertanian padi dengan pupuk nonsubsidi terbukti lebih menguntungkan petani. "Per hektare bisa menghasilkan 10 ton, sedangkan dengan pupuk subsidi hanya sekitar 5 ton per hektare," katanya.
Dengan pupuk nonsubsidi, katanya, produktivitas pertanian padi bisa naik hingga 60 persen dan untuk pertanian jagung bisa naik hingga 90 persen. Ia tak menampik harga pupuk subsidi tentunya lebih murah yaitu Rp 2.300 per kg, sedangkan harga pupuk nonsubsidi adalah Rp 8.500 per kg. Adapun per hektare membutuhkan sekitar 300 kg pupuk. Namun hasilnya jauh lebih banyak dengan pupuk nonsubsidi.
"Apalagi dengan dukungan semua pihak maka petani lebih fokus untuk bercocok tanam saja," katanya.