Menurut Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero), Faizal Rochmad Djoemadi, Transformasi budaya, merupakan salah satu dari 7 transformasi yang dicanangkan Pos Indonesia dalam tiga tahun ke depan. Enam program transformasi yang lainnya adalah transformasi bisnis, transformasi produk dan chanel, transformasi proses, transformasi teknologi, transformasi human capital, dan transformasi organisasi.
Ketujuh program transformasi tersebut, diperlukan untuk mewujudkan Visi Pos Indonesia jadi postal operator penyedia jasa kurir, logistik dan Keuangan paling kompetitif
"Pos Indonesia telah mencanangkan tahun 2021 sebagai tahun “turn around”. Tahun, dimana Pos Indonesia akan membalikkan arah, dari yang negatif menjadi positif, dari yang buruk menjadi baik, dari yang lemah menjadi kuat. Tahun yang akan menjadi arus balik bagi kebangkitan Pos indonesia," ucap dia.
Pada tahun 2021, Pos Indonesia juga menargetkan pertumbuhan 2 digit yang berarti akan meraih pendapatan sekitar Rp 6,8 triliun dan net income Rp 819 miliar. Dengan capaian angka itu, nilai ebitda tumbuh sebesar 81 persen dan laba bersih (net income) tumbuh sebesar 135 persen.
Faizal menyampaikan bahwa Pos Indonesia akan mampu mewujudkan rencana dan target tersebut. Karena selain industri yang terus tumbuh, peluang pasar juga masih terbuka lebar. Namun demikian, diperlukan kesatuan langkah dan komitmen dari semua jajaran Pos Indonesia untuk bersama-sama menjalankan program-program yang telah ditetapkan.
Selain itu Pos Indonesia juga secara resmi mencanangkan AKHLAK ACTIVATION, sebagai sinyal kepada seluruh karyawan Pos Indonesia, bahwa saatnya karyawan Pos meninggalkan kebiasaan-kebiasaan, cara pandang, cara kerja yang telah terbukti kurang efektif dalam mengangkat kinerja Pos Indonesia.
Sebaliknya, karyawan Pos harus menyelaraskan perilaku kerja dengan nilai-nilai AKHLAK, menjadikan AKHLAK sebagai jiwa dari setiap system dan prosedur yang ada di Pos Indonesia, dan menjadikan nilai-nilai Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif sebagai karakter dari setiap insan Pos Indonesia.
Direktur Utama Pos Indonesia juga menegaskan bahwa, dalam proses transfomasi budaya, tidak ada pilihan lain bagi semua jajaran pimpinan dan semua karyawan Pos Indonesia, kecuali untuk ikut berpartisipasi aktif dan terlibat dalam proses perubahan budaya kerja. Selanjutnya, Dirut menyampaikan bahwa perubahan budaya yang dilakukan dimaksudkan agar Pos Indonesia tetap relevan dengan kebutuhan dan preferensi pasar, agar insan Pos lebih efektif dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab kita. Perubahan diperlukan untuk meningkatkan kemampuan karyawan untuk berkontribusi lebih baik. Perubahan, diperlukan untuk menjadikan Pos Indonesia, menjadi “JUARA”.