EKBIS.CO, OLEH Muhammad Nursyamsi
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjamin pembangunan ekosistem BUMN untuk ultramikro (UMi) yang terdiri atas PT Pegadaian (Persero), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) atau BRI, dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM tidak hanya berlandaskan pertimbangan bisnis semata, melainkan demi meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha ultramikro dan percepatan pemulihan ekonomi nasional (PEN).
Menteri BUMN Erick Thohir menyoroti sistem perbankan di Indonesia yang kurang ramah, terutama kepada pelaku usaha yang tidak memiliki rekam jejak perbankan seperti UMKM. Untuk itu, mantan pemilik klub Inter Milan tersebut menargetkan holding ultramikro dapat terbentuk pada tahun ini lantaran telah mendapat persetujuan dari OJK, Bank Indonesia, LPS, KSSK, Komite Privatisasi, hingga Komisi VI DPR.
"Manfaat positif dari sinergi BUMN untuk ultramikro akan dirasakan pelaku usaha karena mereka berpeluang besar mendapat pembiayaan berbunga rendah di masa depan," ujar Erick saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (18/3).
Erick meyakini ekosistem ultramikro dapat menurunkan cost of fund atau beban dana dari ketiga perusahaan yang pada akhirnya juga mampu menurunkan bunga pinjaman. Tingginya bunga pinjaman selama ini ditengarai menjadi batu sandungan para pelaku usaha ultramikro dan UMKM mendapat pendanaan yang lebih baik.
"Model bisnis ekosistem ultramikro akan fokus pada pemberdayaan dan pengembangan bisnis untuk membuat usaha ultramikro naik kelas sehingga bisa memasuki tahapan yang lebih tinggi," ungkap Erick.
Bagi Erick, pembentukan holding ultramikro juga tak lepas dari kondisi yang terjadi saat ini yang mana perubahan menuju ekonomi digital menjadi hal yang tak terelakkan.
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo atau akrab disapa Tiko menyebut hanya 50 persen dari 60 juta nasabah ultramikro di segmen terbawah yang mempunyai akses pembiayaan formal.
Kementerian BUMN meyakini holding ultramikro mampu memberikan layanan usaha yang semakin lengkap, integrasi, dan luas sehingga mampu memfasilitasi sekitar 30 juta nasabah baru mendapat akses pembiayaan hingga 2024. Tiko menilai holding ultramikro akan mendorong kinerja perusahaan menjadi jauh lebih efisien.
"Pegadaian tidak perlu menyewa atau membangun unit baru untuk ekspansi, melainkan cukup memanfatkan unit-unit desa milik BRI," ujar Tiko.
Efisiensi beban dana dan biaya operasional juga akan menguntungkan para karyawan mengingat perusahaan berpotensi mencetak laba lebih tinggi dengan adanya holding ultramikro. Kementerian BUMN juga menjamin tidak akan ada pengurangan pegawai dan benefit bagi karyawan Pegadaian dan PNM.
Pembentukan holding ultramikro sendiri menjadi angin segar bagi Pegadaian yang juga sedang melakukan sejumlah langkah transformasi. Direktur Utama Pegadaian Kuswiyoto mengatakan holding ultramikro bakal membentuk iklim persaingan usaha yang kondusif.
Pegadaian bersama BRI dan PNM, lanjut Kus, siap memfasilitasi sekitar 18 juta pelaku usaha ultramikro yang sampai saat ini belum mendapatkan akses pendanaan lembaga keuangan formal. Pegadaian sendiri menargetkan mampu membantu lima juta debitur ultramikro dari aktivitas cross sell dengan BRI. Di sisi lain, kata Kus, lembaga keuangan lain seperti BPR dan BPD juga akan mendapatkan manfaat tersistemnya nasabah ultramikro untuk potensi perluasan akses keuangan.
"Proses akuisisi nasabah juga akan dipercepat dengan UMi Super Apps yang akan menjadi platform terintegrasi," ucap Kus.
Kus memperkirakan dampak ekosistem ultramikro berdampak langsung pada peningkatan kinerja keuangan entintas secara konsolidasi, mulai dari total aset yang naik Rp 48 triliun menjadi Rp 2.235 triliun dengan adanya ekosistem ketimbang tanpa ekosistem yang sebesar Rp 2.187 triliun; laba sebelum pajak sebesar Rp 82,9 triliun dengan ekosistem atau naik Rp 8,4 triliun dibandingkan tanpa ekosistem yang sebesar Rp 74,5 triliun; kontribusi pajak negara sebesar Rp 19,9 triliun atau naik Rp 1,7 triliun dengan ekosistem dibandingkan tanpa ekosistem yang sebesar Rp 18,2 triliun; dan, kontribusi dividen kepada negara sebesar Rp 20,4 triliun atau naik Rp 1 triliun dengan ekosistem dibandingkan tanpa ekosistem yang sebesar 19,4 triliun.
Bagi Pegadaian sendiri, Kus berharap mampu meningkatkan kontribusi perusahaan terhadap pembangunan negara melalui pemberdayaan dan pengembangan usaha ultramikro. Kus optimistis hal ini dapat terealisasi mengingat holding memberikan keleluasan ekspansi tanpa investasi tinggi. Melalui sinergi co-location, Pegadaian dapat mengembangkan ekspansi dengan memanfaatkan jaringan cabang milik BRI di seluruh penjuru Indonesia. Nantinya, lanjut Kus, Pegadaian akan memiliki gerai di kantor cabang BRI yang mana nasabah bisa mendapatkan pinjaman gadai dari gerai tersebut.
"Dengan adanya co-location, Pegadaian dapat mengurangi biaya investasi awal dengan menggunakan cabang-cabang milik BRI. Pegadaian dapat menghemat sangat besar sekitar Rp 193 juta per cabang per tahun," ungkap Kus.
Kus mengatakan Pegadaian telah menempatkan juru taksir di 75 gerai BRI sebagai proyek percontohan co-location ekosistem UMi di Cirebon, Yogyakarta, hingga Semarang. Kus menyebut jumlah juru taksir akan terus ditingkatkan untuk 2 ribu gerai BRI dan akan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat di wilayah tertinggal.
"Dengan begitu, jangkauan kami akan lebih bagus, yang selama ini pinjam ke BPR dan rentenir, kita upayakan bisa beralih ke Pegadaian untuk di remote area," ucap Kus.
Dengan ekosistem ultramikro juga, ucap Kus, para karyawan Pegadaian akan mendapatkan kesempatan mengembangkan kapabilitas dan karir lintas entitas anggota ekosistem yang sesuai dengan aspirasi pekerja dan kebutuhan organisasi.
Pertumbuhan bisnis gadai sendiri mengalami peningkatan selama pandemi sebesar 15,91 persen pada periode Januari hingga April 2020. Sekretaris Perusahaan Pegadaian R Swasono Amoeng Widodo mengatakan penyaluran pembiayaan dari produk gadai selama periode tersebut tercatat sebesar Rp 39 triliun atau naik dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 34 triliun. Pada periode yang sama, terjadi kenaikan nasabah produk gadai dari 11 juta nasabah menjadi 11,46 juta nasabah. Amoeng menyebut emas masih menjadi produk gadai yang mendominasi dengan komposisi 90 persen dari total outstanding.
"Di Pegadaian 90 persen adalah emas. Namun, tidak selalu emas di Pegadaian, ada juga berlian. Pembagian jenis barang Pegadaian, yakni perhiasan, tekstil, elektronik, alat rumah tangga (blender, setrika), kendaraan bermotor roda dua dan empat, kendaraan niaga, hingga kain songket," ucap Amoeng.
Perwujudan layanan prima dan menyeluruh terhadap para pelaku usaha ultramikro menjadi bagian dalam transformasi yang tengah dijalankan Pegadaian. Direktur Teknologi Informasi dan Digital Pegadaian Teguh Wahyono mengatakan transformasi merupakan keharusan bagi Pegadaian, melainkan. Pegadaian beruntung sudah menjalankan proses transformasi sejak 2018 sehingga tidak kaget dengan perubahan model kerja pada masa pandemi.
Transformasi menjadikan Pegadaian mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan gadai atau bank syariah yang menawarkan program gadai saat ini. Proses transformasi juga bagian perusahaan dalam meregenerasi nasabah.
"Nasabah kita tidak tumbuh, sudah menua, dan harus regenerasi nasabah. Transformasi bagi Pegadaian bukan pilihan tapi keharusan, kalau tidak transformasi kita tinggal tunggu kapan mati pelan-pelan," ujar Teguh.
Teguh mengatakan perusahaan memiliki sejumlah strategi dalam transformasi yang meliputi digitalisasi proses bisnis, regenerasi konsumen, meningkatkan produk baru yang berbasis digital, investasi teknologi, pengembangan talenta, dan perubahan budaya kerja.
Pegadaian bahkan mengalokasikan dua persen sampai tiga persen pendapatan per tahun atau sekitar Rp 500 miliar untuk investasi dalam digitalisasi.
"Inovasi dan kolaborasi ialah kunci ekosistem digital. Itu mengapa kita tidak membuat sendiri tapi kolaborasi dengan apa yabg sudah ada," kata Teguh.
Komisi VI DPR pun telah memberikan lampu hijau pembentukan holding ultramikro. Wakil Ketua Komisi VI Aria Bima memahami rights issue BRI dengan cara mengalihkan seluruh saham Seri B negara pada PNM dan Pegadaian ke BRI sepanjang masih ada kontrol penuh pemerintah melalui saham dwi warna.
Komisi VI, Aria katakan, meminta Kementerian BUMN memastikan pembentukan holding BUMN ultramikro dapat meningkatkan jangkauan layanan kepada seluruh pelaku ultramikro dan berkontribusi pada peningkatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat prasejahtera. Kementerian BUMN juga diminta melakukan pengawasan secara ketat terhadap holding ultramikro sehingga memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Anggota Komisi VI DPR dari Partai Gerindra Andre Rosiade menyebut rencana pembentukan ekosistem BUMN untuk ultra mikro sudah tepat untuk membangkitkan ekonomi Indonesia.
"Ini mungkin salah satu terobosan menteri BUMN dan presiden agar UMKM bisa bangkit. Ini kebijakan yang tepat untuk bisa membangkitkan ekonomi, terutama membunuh rentenir. Kebijakan ini menyelamatkan rakyat Indonesia dari praktik rentenir yang mematikan rakyat miskin," kata Andre.
Anggota Komisi VI dari Partai Golkar Nusron Wahid mengimbau tidak ada yang mempolitisasi rencana pembentukan ekosistem ini karena hal ini aktivitas bisnis, bukan politik.
"Ini pergeseran dari entitas punya negara pindah ke kantong BRI, hanya ini kemudian menumbuhkan kapitalisasi, secara teknikal bisnis bahwa sama-sama mempunyai kemanfaatan," kata Nusron.